ROMANTIKA SINAR
Sinarmu membuatku kembali terang
Engkau seperti naluri kebahagiaanku
Mendengar suaramu jantungku berdetak cepat
Aku akan sedih jika kembali gelap
Untuk sinar yang akan tenggelam,
buatlah itu agar terasa lebih indah
Sungguh! Aku redup tanpamu.
Lalu apa yang harus kuperbuat?
Untuk kesekian kalinya,
kuucapkan selamat pagi mentariku.
PULANG
Kutatap senja dengan tajam,
layaknya mengusir agar cepat pulang,
hingga senja pun ingin berlalu lebih cepat
Payah, ingin berlalu karena tak kuat
Aku hanya tak ingin mengagumimu melebihi Pelukismu
Kurasa Dia akan mengutukku lagi
Aku memang bersalah,
memulai sebuah cinta yang pada akhirnya
mengalahkan keutuhan cintaku pada-Nya.
Rasanya aku terlalu lancang membuat-Nya cemburu,
mengagumi ciptaan-Nya dan mengabaikan Sang Pencipta
hingga Ia menegurku dengan sebuah luka
Hei bola jingga..
izinkan kuberlalu bersamamu,
agar aku bisa pulang dan bersujud pada Tuhanku.
GENANGAN KENANGAN
Dalam kesunyian, jantungku berderak patah.
Aku melamun, mencoba memahami yang tak kumengerti.
Kukira langit akan tetap cerah,
ternyata mendung,
bahkan rintiknya menerobos pelipis
Hujan semakin deras,
butuh keberanian untuk menerobos,
begitu juga dengan melepaskan.
Hingga rintik hujan jatuh ke tanah,
masih tak kumengerti,
mengapa hujan selalu meninggalkan
genangan dan kenangan
Santy Kelen, Mahasiswi STKIP Weetebula, Sumba, NTT