Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris
TEMPUSDEI.ID (28/11)-Suatu ketika, beberapa tahun lalu, ketika bandara Tambolaka Sumba Barat Daya masih dalam proses pembangunan, saya menjadi penumpang Wings Air. Ruang tunggu masih belum tertata rapi. Banyak bahan bangunan menumpuk. Orang masih bebas keluar masuk ruang tunggu.
Seorang ibu, calon penumpang keluar untuk menelpon. Sementara dia menelpon penumpang dipersilahkan menaiki pesawat (boarding). Kami semua satu persatu naik tangga pesawat. Ketika pintu pesawat sudah ditutup dan pesawat mulai bergerak, ibu itu terlihat berlari dan melambai-lambaikan tangan minta pesawat berhenti. Tapi prosedur pesawat tidak memungkinkan untuk itu. Pesawat berangkat, ibu itu pun tertinggal.
Hari ini kita memasuki Masa Adven. Kata Adven berasal dari “advenio” yang secara harafiah berarti “datang untuk”. Dimengerti sebagai masa penantian sekaligus pengharapan. Dalam pengertian populer sekarang bisa diibaratkan sebagai masa berada di “ruang tunggu” (waiting room).
Kita bisa membayangkan ruang tunggu pesawat atau ruang tunggu di sebuah rumah sakit. Setiap orang menanti dengan pengharapan kapan panggilan itu datang.
Di balik penantian ini tersirat pula sebuah peringatan agar waspada dan tidak lalai. Mengapa? Karena kelalaian membuat orang gagal merespon panggilan dan tertinggal.
Dalam arti inilah kata-kata Yesus hari ini benar-benar mempunyai makna yang relevan:
“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.”
Peringatan Yesus ini merupakan suara kenabian yang sudah terdengar berulangkali dalam sejarah Israel. Contohnya adalah peringatan Nabi Yeremia.
Ramalan nabi Yeremia, dalam bacaan pertama, (Yer 33,14-16) sesungguhnya berawal dari kesalahan raja dan bangsa Israel. Pada masa sebelumnya, Yeremia memperingatkan raja Zedekia dan bangsa Israel akan bahaya dari utara, yakni Raja Nebukadnezar. Peringatan ini datang dari Allah agar raja dan bangsa Israel selamat. Akan tetapi peringatan itu tidak dihiraukan. Akibatnya raja disiksa sampai matanya buta dan Israel diporak-porandakan. Bait Allah dihancurkan dan bangsa Israel dijadikan tawanan ke Babilon.
Meski demikian janji dan cinta Allah bagi umat-Nya tidak hilang dengan adanya kelalaian dan penolakan. Allah selalu mempunyai ruang untuk menerima umat-Nya yang datang dan bertobat. Allah selalu mempunyai cara untuk memperbaiki relasi yang sudah dirusakkan. Allah selalu mempunyai cara untuk mengembalikan kedamaian dan ketenteraman.
Peringatan Yesus juga menjadi bukti cinta Allah kepada umat-Nya. Belajar dari pengalaman bangsa Israel di masa lalu, Dia ingin agar umat-Nya selalu waspada dan menaruh perhatian pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Dia datang bukan untuk menaklukkan melainkan untuk memerdekakan selamanya.
Akan tetapi hal ini pun tetap merupakan pilihan bebas. Setiap orang, sekalipun berada di “ruang tunggu” tetap berhak untuk menolak panggilan. Tentu dengan semua konsekwensinya. Yang pasti, tidak selamanya kita berada di ruang tunggu. Pilihannya jelas: entah kita menerima panggilan dan berangkat, atau kita diusir keluar.
Salam hangat dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris, Weetebula, Sumba “tanpa Wa”.