JAWABAN TUHAN
Kunang-kunang yang redup
suguhkan malam yang tak murup,
pada awan yang menyerupa hitam
pada sunyi yang sedikit berbunyi
//
Tuhan berbisik padaku
“itu aku hadirkan jawaban dari do’amu,
ia bersosok wanita berkulit langsat
dan bibir sedikit tebal”
//
Sial, ternyata Tuhan hanya memeperkenankanku
untuk mencintai bukan memiliki
Yogyakarta 10-10-2021
HARGA SEBUAH PESAN
Telotetettt (sebuah nada dering hpnya)
Ah sial,
Tanpaku sadari pesanku adalah serupa nasi basi
pada angkringan jogja milik Pak Joko
dan bodohnya aku tetap menghubunginya
Yogyakarta,07-08-2021
GERIMIS NOVEMBER
Rintik hujan November,
menyuruhku menghubungi paksa
Dikau manusia setengah mawar
sebab beberapakali aku hampir hipotermia
//
Pada titik tunggu,
aku menanti selimut hangat
ia menyerupa lafadz “mengetik…”
dari WhatsApp dikau
Si putri setengah mawar
Yogyakarta-06-11-2021
WANITA DERAJAT CELCIUS
Dulu kita pernah sehangat iklim tropis
sebelum kita berdua menjelma bak Antartika
//
Entah aku atau dikau yang menurunkan termostat topik whatsapp
Yogyakarta,15-08-2021
NYAMAN
Dari tatap untuk tetap menetap,
dan sungguh dikau tak sekadar tempat singgah
Yogyakarta-17-07-2021
RASA
Aku mencintaimu
(kata siapa kalimat itu tak puitis
ia menjelma aksara yang tak semua pujangga
bisa mengucapkap pada seorang yang ia cinta)
Yogyakarta, 1-12-2021
SI PUTRI
Konon,
Si putri adalah jelmaan
bunga setengah empat
yang mekar sebelum
matinya senja yang
terbunuh oleh malam
//
Mirabillis jallapa,
saban hari ia disirami
dengan mata air air mata
petani pribumi kebumen
//
Kerap kali kelopaknya
berguguran pada benang sari
bunga tidurku
DIKAU
Aku membenci segala sajak
yang berani mendeskripsikan rasaku padamu
Aku hanya,
memiliki surat Al- fatihah
//
Saban malam aku khususkan padamu
“ilahadratin nabiyil musthofa khususon ilaiha”
ujarku pada Tuhan
//
Iya,
Aku sering bercengkrama dengan Tuhan
lebih tepatnya membicarakanmu
“inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatorassama wa tiwal ardhi”
Kupersembahkan “wajhiya” untukmu
Dan “wajjahtu wajhiya” adalah anganku
Banyuwangi,03-06-2021
Adhimas Jauhara Ulil Hikam, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan santri aktif Pondok Pesantren Nurul Ishlahiyyah. Sajak- sajaknya tercipta dari lingkungan, rasa, luka dan cinta