TEMPUSDEI.ID (31/12/21)-Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (PP ISKA) mengapresiasi langkah-langkah pemerintah yang cepat, tepat, sistematis, strategis dalam mengatasi badai Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Namun, semua upaya pemerintah tak akan pernah cukup, tanpa dukungan dan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat serta partisipasi penuh anak bangsa.
Hal tersebut dikatakan Presidium ISKA dalam refleksi akhir tahun yang tempusdei.id terima pada 31/12.
Partisipasi itu tulis ISKA dalam refleksi tersebut, terlihat dengan nyata dan terang, dan menerbitkan optimisme atas solidaritas tanpa sekat melalui berbagai karya kemanusiaan dalam melayani yang kecil, papa, putus asa, kehilangan harapan di tengah pageblug. “Kekuatan gerakan kemanusiaan ini mampu mengatasi badai pandemi yang menggerus harapan hidup kita hingga ke titik nadir. Dalam situasi kegentingan kesehatan, masyarakat dari berbagai lapisan menunjukkan identitas kekuatan bangsa Indonesia, yaitu solidaritas dan gotong royong,” ujar Hargo Mandirahardjo, Ketua Presidium Pusat ISKA.
“Kami terus menyerukan kepada segenap anggota ISKA yang tersebar di 34 DPD dan 125 cabang organisasi di kota/kabupaten seluruh Indonesia, untuk berpartipasi secara penuh dan optimal dalam kerja gotong-royong untuk karya-karya kemanusian dalam membantu seluruh lapisan masyarakat yang terpapar pandemi COVID-19 serta bencana-bencana alam lainnya,” tambah Hargo.
Hargo mengingatkan bahwa pandemi belum berakhir. “Maka mematuhi protokol kesehatan harus dilakukan secara disiplin tanpa tawar menawar. Sangat disayangkan, sejumlah situasi akhir-akhir ini justru menunjukkan kondisi sebaliknya: lemahnya penerapan protokol kesehatan terlihat jelas diberbagai area publik,” kata Hargo lagi.
Menurutnya, kondisi ini sangat mengkhawatirkan di tengah ancaman varian Omicron yang merebak di berbagai belahan dunia pada penghujung tahun ini, dan sudah pula menembus Indonesia.
“Untuk itu, PP ISKA mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya umat Katolik agar tetap waspada dan taat menjalankan protokol kesehatan. Hal ini menjadi syarat mutlak agar kondisi pandemi yg sudah menurun ini bisa dikendalikan ke arah yang lebih baik,“ tambah Joanes Joko, Sekretaris Jenderal Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia.
Joanes Joko, yang juga dikenal sebagai Tenaga Ahli Utama Bidang Komunikasi Politik Kantor Staf Presiden (KSP) mengatakan, bonus demografi yang akan berpuncak pada 2030 menjadi kekuatan—sekaligus tantangan—nasional yang memerlukan perhatian seluruh elemen bangsa. “Kita harus mampu memanfaatkan peluang di mana lebih dari 64% masyarakat kita berusia produktif, secara optimal,” ujar Joanes Joko.
Hargo Mandihardjo menambahkan, bonus demografi bisa menjadi peluang keberhasilan sekaligus ancaman kegagalan. Apabila kita mampu mempersiapkan sumber daya unggul dengan peluang lapangan pekerja yang terbuka lebar, maka ini akan menjadi berkat. Sebaliknya, akan menjadi bencana bila kita gagal mempersiapkannya. Allah Maha Besar mengaruniai Indonesia keberagaman suku, etnis, budaya, dan kerpercayaan. “Kekayaan karunia ini patut kita rawat dan kelola dengan sebaik-baiknya,” ujar Hargo.
Kebhinekaan ini harus terus dirawat dengan menguatkan kesetaraan sesama anak bangsa. “Hanya dengan cara ini, kita dapat menepis perbedaan yang menjerumuskan bangsa ke dalam konflik berbasis SARA. Kesetaraan akan menghasilkan keadilan tanpa diskriminasi mayoritas – minoritas. Persaudaraan dan kesetaraan adalah nilai universal kemanusiaan yang harus diperkuat, dirawat, dipertahankan,” tambah Hargo..
Melalui spirit solidaritas tanpa sekat, persaudaraan, kesetaraan atas keadilan hak-hak dasar hidup, Indonesia berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa kita mampu menumbuhkan kekuatan yang membawa bangsa ini ke luar dari tragedi pandemi COVID-19. (tD)