Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris
TEMPUSDEI.ID (1/1/22)-Sonny, seorang anak muda tukang semir sepatu sedang menawarkan jasanya di stasiun pusat New York City. Di lehernya ada kalung dengan medali bergambar Bunda Maria. Sementara dia menyemir sepatu, pelanggannya bertanya, “Apa itu di lehermu?” Jawabnya, “Medali Bunda Maria”. “Mengapa pakai medali seperti itu? Dia kan sama saja dengan ibumu sendiri. Tak ada bedanya”.
Sonny menjawab, “Mungkin benar. Tapi ada beda besar antara Putranya dengan aku”.
“Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk 1:43). ÷ Meter tou kyriou mou÷ artinya Mother of my Lord, Bunda Tuhanku.
“Theotokos” sebuah istilah Yunani dengan arti harafiahnya “Yang Melahirkan Allah” atau lebih dikenal dengan “Bunda Allah”. Istilah ini lebih berbicara tentang Yesus daripada tentang Maria.
Artinya status Bunda Maria tak bisa dilepaskan dari status Yesus Puteranya. Bunda Maria menerima dan menjalani rencana Allah dalam dirinya dengan penuh ketaatan sebagai hamba Tuhan. “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”. Kerelaan, ketaatan dan kesetiaan inilah yang membuat namanya menjadi besar, agung dan terpuji di antara semua wanita.
Kita mengagungkan Maria karena Allah lebih dahulu mengagungkan dia dengan memilihnya menjadi ibu Putra-Nya. Karena itu, peran Maria yang paling utama adalah peran kepengantaraan. Ini diungkapkan dalam doa: “Doakanlah kami yang berdosa ini…”. Dia adalah ibu kita yang tahu kerinduan dan harapan kita dan membawanya ke hadapan Putranya.
Di awal tahun ini perayaan Maria sebagai Bunda Allah mempunyai arti yang mendalam.
Pertama, dengannya kita ingin memberikan penghormatan kepada Maria lebih daripada para kudus yang lain (hyperdulia), tetapi tidak lebih daripada penghormatan terhadap Allah.
Kedua, kita mengingat awal kehidupan kita di awal tahun ini, dengan belajar dari sang Ibu yang menjadi awal mula hidup kita. Dari dialah kita mendapatkan napas hidup pertama kali sejak dalam kandungan.
Ketiga, dalam dunia yang dipenuhi budaya kematian, kita menjadi orang-orang yang memperjuangkan budaya hidup. Pro life, bukan sekadar pro choice.
Three ways to make the New Year meaningful: something to dream, something to do, someone to love. (William Barclay).
Tiga cara untuk membuat Tahun Baru berarti: sesuatu yang diimpikan, sesuatu yang dibuat dan seseorang yang dicintai.
Dengan doa Bunda Maria kita bisa. Selamat memasuki tahun 2022 dengan penuh harapan.
Salam Tahun Baru dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula Sumba “tanpa Wa”.