KEMATIAN DAN SANG AJAL
Simply da Flores, Harmony Intitute
Wahai kematian
engkau sahabat karib kehidupan
engkau kembaran kehidupan
engkau energi kehidupan
engkaulah teman setia diriku
sejak awal adaku dalam kandungan ibu
hingga embusan nafas terakhir
di atas alam bumi ini
yang sering menakutkan
yang selalu dihindari
yang biasa ditangisi
yang diharapkan tak terjadi
yang didambakan tak ada
Padahal engkau bagian kodrati
dari setiap pribadi insani
Wahai Sang Ajal
engkau malaikat maut
engkau jalankan perintah
engkau laksanakan kehendak
engkau lakukan keputusan
dari Sang Pemilik kehidupan
Kapan pun waktunya tiba
bagi setiap diri pribadi
tanpa kompromi dan janji
tak tentu waktunya
tidak bisa dihalau
tidak mampu dibatalkan
tidak bisa dihindari
tidak mampu dilawan…
SANG AJAL LAKSANA ANGIN
Simply da Flores, Harmony Institute
Angin berembus sepoi-sepoi terasa sejuk
angin bertiup kencang mendebarkan
angin topan ganas menakutkan
angin badai menerjang buas
angin puting beliung
mengerikan
angin hanya terasa
angin tidak terlihat mata
angin tidak terduga datangnya
angin tak tahu perginya
angin dikenal akibatnya
Sepertinya,
Sang Ajal laksana angin
Wahai Sang Ajal,
engkau sungguh ajaib
engkau datang menjemput jiwa
tanpa kompromi waktu
dengan setiap pribadi kami
entah umur berapa pun
entah kami lagi suka atau sedang lara menderita
entah kami siap atau lupa dan masa bodoh
entah bersukacita atau ketakutan
semua dapat giliran pasti
menanti dijemput Sang Ajal
tidak ada yang abadi
hidupi dunia fana ini
Ketika Sang Ajal menjemput
masing-masing kami bersikap
sesuai persiapan diri pribadi
sesuai pengetahuan yang dimiliki
sesuai amal bakti diri
sesuai pilihan sehari-hari:
melakukan aneka kejahatan
membuat sesama menderita
menjadi sumber masalah sesama
hidup egois dan serakah
melakukan cinta kasih
menjadi pembawa damai
yang memberi dan berbagi
kebenaran dan kebaikan sejati
bagi sesama insani
Menanti dijemputmu Sang Ajal
terdengar agak aneh
karena sering kami hindari
karena selalu kami jauhi
karena begitu menakutkan
takut akan kematian
ingin abadi di dunia
karena
tidak kenal diri pribadi
tidak tahu asal tujuan
tidak miliki pengetahuan
tidak memiliki iman
Bahwa hidup di dunia hanya sementara
berziarah melukis wajah jiwa
berkelana menulis halaman jiwa
dan jiwa harus kembali
dijemput oleh Sang Ajal
kematian itu kodrat manusia
untuk menghadap Sang Pencipta