TEMPUSDEI.ID-Albertus Gregory Tan, pemuda berusia 31 tahun, inisiator gerakan Peduli Gereja Katolik masuk dalam nomine Kick Andy Heroes 2022. Melalui gerakan tersebut, Greg demikian pria asal Kemayoran, Jakarta ini sudah membangun dan merenovasi lebih dari 161 gereja.
Gerakan tersebut dia mulai sejak tahun 2011, dengan menggalang dana melalui media sosial untuk membangun gereja-gereja Katolik di wilayah terpencil di Indonesia. Dia mengawali karyanya sejak masih berumur 20 tahun. “Memang rencana Tuhan tak ada yang mustahil. Gerakan ini semakin masif dan telah menjadi sebuah Yayasan yang bernama Vinea Dei. Puji Tuhan,” kata Greg.
Melalui Yayasan Vinea Dei, Greg dan timnya tidak hanya membangun gereja secara fisik, tapi mereka juga berfokus pada pendidikan anak-anak Katolik yang ada di pelosok Indonesia. Sampai sekarang sudah lebih dari 161 gereja yang dibangun dan 40 anak yang dibiayai pendidikannya. Greg berharap, Yayasan Vinea Dei bisa menjadi oase dan sumber air untuk membantu banyak orang yang membutuhkan.
Bukan Pengusaha
Yang pasti, Greg bukanlah pengusaha. Dia “hanyalah” seorang anak muda yang bekerja sebagai karyawan bank. Lalu dari mana uang yang sangat banyak untuk melakukan gerakan tersebut? Ya, dari mereka yang punya uang. Bagaimana itu terjadi dan apa alasan para pemilik uang itu memberikan uang mereka kepadanya? Satu kata kunci untuk merangkum dan menjawab, yakni trust atau kepercayaan. Mereka percaya kepada Greg bahwa uang yang mereka berikan pasti dipakai untuk membangun gereja dan aksi-aksi social lainnya.
Semuanya berawal dari Sorkam pada dua puluh tahun lalu. Saat itu, Greg menghadiri tahbisan seorang imam di Medan. Setelah tahbisan tersebut, dia menyertai sang imam baru ke stasi Sorkam, di Tapanuli Tengah, daerah pantai barat Sumatera. Untuk sampai ke stasi ini, biasanya Pastor membutuhkan waktu berjam-jam karena jauh dan jalannya rusak. Umat di tempat ini terbilang miskin sehingga kapel mereka sangat sederhana, terbuat dari bahan bangunan yang diambil dari alam sekitar. “Dalam hati saya menangis melihat kondisi yang sangat tidak biasa ini. Saya rasa Tuhan membukakan mata saya untuk melihat kenyataan umat di tempat lain,” ujar anak kedua dari dua bersaudara asal Kemayoran, Jakarta ini.
Dari “pengalaman Sorkam” yang mencengangkan tersebut, Greg mulai berpikir untuk berbuat sesuatu bagi kapel di Sorkam dan gereja-gereja lain. Dia pun memosting foto-foto dari Sorkam dan foto-foto dari daerah lain yang merekam kondisi ril umat setempat di dinding face book-nya. Ternyata, banyak temannya yang menaruh simpati dan menanyakan cara membantu.
Greg pun memahami dan menilai kesungguhan teman-temannya untuk membantu. Setiap orang yang menyatakan rasa simpatinya ia kontak secara pribadi, memberi penjelasan yang jauh lebih lengkap dari sekadar informasi di FB. Kemudian, antara Greg dan teman-teman tersebut terjalin persahabatan melebihi pertemanan yang terbangun melalui FB. Dan ternyata, niat mereka untuk membantu sangat besar.
Keinginan untuk membantu dan benar-benar membantu secara bergelombang dari datang dari banyak orang. Makin hari makin banyak orang yang mau membantu. Sekali lagi, trust adalah alasan utama orang-orang tersebut memberikan uang mereka dalam jumlah banyak.
Syarat untuk Dibantu
Melihat sikap antusias para donatur, Greg menentukan sejumlah syarat gereja yang layak dibantu. Syarat itu antara lain: SDM di gereja itu harus siap melakukan sesuatu jika mendapat bantuan, umat setempat tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk membangun sendiri, dan tidak ada sejarah penyalahgunaan keuangan. Setelah memastikan syarat-syarat tersebut terpenuhi, dia turun untuk melakukan survei dan verifikasi. “Kalau memenuhi syarat baru saya meminta teman-teman saya untuk membantu. Dan biasanya mereka tidak keberatan mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk membantu. Kalau saya kendor karena kesibukan, mereka malah bertanya ‘kok stop’? Ayo dong…. Kalau stop, nanti ke mana saya memberikan uang saya,” ungkap Greg mengulangi kata-kata teman-temannya tersebut.
Dalam pelayannya ini, Greg berusaha menjaga dengan baik kepercayaan yang diberikan para donatur dengan memberikan laporan secara benar dan bertanggungjawab. “Modal utama saya adalah trust, maka saya harus menjaga betul. Sekali tidak dipercaya, sulit untuk meyakinkan kembali. Dan saya yakin Tuhan menempatkan saya di sini, maka saya harus melakukan yang terbaik,” jelasnya.
Untuk itu, Greg selalu menyapa setiap donaturnya dan meyakinkan mereka bahwa donasi yang mereka berikan akan dan telah digunakan sesuai peruntukannya. Dia juga memperkenalkan diri sedetail-detailnya kepada para donatur atau calon donaturnya. “Pengenalan yang baik dan tidak menipu akan menciptakan trust,” jelas pria jebolan FISIP UI ini.
Greg juga memberikan laporan yang sangat detail seputar penggunaan uang para donatur. Greg bertekad, sebagai orang muda dia harus jadi patron. “Tidak banyak orang muda seperti saya. Bukan berarti saya sombong. Saya tahu susahnya menggerakkan orang muda. Mereka akan bergerak kalau ada contoh yang nyata. Saya mau jadi anak muda yang bersinar, agar anak muda tidak kehilangan harapan bahwa masih ada anak muda yang mau berkarya nyata. Dan saya yakin inilah jalan evangelisasi saya,” jelasnya bersemangat.
Cara mendukung Greg terpilih sebagai Kick Andy Hero 2022: Cara Voting :
1. Klik
2. Pilih No. 2 : Albertus Gregory Tan
3. Isi alasanmu memilih Heroes tersebut
4. Bagikan kepada orang muda dan saudara/i
(tD)