JAKARTA, TEMPUSDEI.ID-Sejak Desember 2021 sampai berita ini diturunkan, Pulau Sumba di NTT kembali diserang Hama Belalang Kumbara. ratusan hektar jagung dan padi habis dimakan belalang sehingga dipastikan, Sumba akan mengalami masa paceklik atau yang masa setempay kenal dengan istilah “musim lapar”.
Hama belalang ini sama sekali bukan hama baru bagi masyarakat Sumba. Dari catatan Bupati Sumba Timur Kristofel Praing, hama tersebut sudah muncul di Sumba sejak tahun 1973 kemudian dalam waktu-waktu tertentu muncul dan menyerang tanaman petani.
Sampai saat ini, seakan tak ada satu pihak pun yang mampu menghentikan hama tersebut secara total. Pun Pemerintah.
Sesunngguhnya, Pemerintah tidak tinggal diam. Berbagai upaya, termasuk penyemprotan telah mereka lakukan dengan sungguh-sungguh, tetapi belum memberi hasil signifikan. Seringkali yang terjadi, tanpa disengaja muncul masalah baru seperti ternak keracunan dan mati atau membunuh predator alami dan sebagainya.
Bupati Sumba Timur dan Sumba Tengah yang wilayahnya terdampak langsung telah bekerja keras bersama masyarakat, Dirjen Perlindungan Tanaman Pangan Kementrian Pertanian RI, namun hasilnya belum memuaskan. Saat ini, Pemerintah secara serius sedang mencari solusi paling tepat untuk mengatasi hama tersebut.
Hal tersebut terungkap dalam Webinar bertajuk “Hama Belalang Serang Pulau Sumba, Bagaimana Solusinya?” Webinar ini digelar oleh Panitia Mubes III Ikatan Keluarga Besar Sumba (IKBS) Jakarta pada 27 Februari 2022.
Webinar yang dimoderatori Sekretaris Umum IKBS Celestino Reda menghadirkan Bupati Sumba Timur Kristofel Praing, Bupati Sumba Tengah Paulus SK Limu, Ansy Lema (anggota DPR RI, Komisi 4), Ratu Wulla (angota Komisi IX DPR RI), Dirjen Ketahanan Pangan Muhammad Takdir, Direktur Walhi NTT Umbu Ulang Paranggi.
Persoalan Serius
Tidak terkesan menutup-nutupi fakta. Kedua Bupati dengan lugas menyampaikan bahwa hama belalang sedang menyerang wilayah yang mereka pimpin. Dan serangan tersebut telah dan akan merugikan para petani sebab tanaman-tanaman di kebun mereka habis dimakan hama tersebut.
Jelas Bupati Paulus, awalnya pada Desember 2021 mulai dari wilayah Tanah Banas belalang itu muncul, lalu secara cepat menyebar dan saat ini sudah menyerang semua desa di Kabupaten Sumba tengah.
Menghadapi bencana menakutkan, terutama bagi para petani ini, Pemerintah menurunkan semua OPD ke desa-desa. Bahkan Bupati dan Wakil Bupati menginap di desa-desa selama tiga hari. “Saya dan Wakil Bupati menginap tiga malam di desa. Mengapa? Karena tim hanya bisa menyemprot pada malam hari. Kalau siang hari belalang terbang ke mana-mana. Jadi sore hari kita pantau, baru pada malam hari disemprot. Jadi kerja malam. Kami bergerak selama 5 sampai 6 bulan ini,” jelas Paulus.
Jelas Paulus, “Tanaman padi yang dimakan seluas 48,55 Ha dari total 5.400 Ha yang. Sedangkan jagung, 439,12 Ha dari total lahan 4.600 Ha, sehingga total luas tanaman yang terdampak hama belalang seluas 487,67 Ha.”
Paulus berharap, dengan bantuan berbagai pihak daya rusak belalang ini bisa tertahan sehingga tidak merusak ribuah rektar padi dan jagung lainnya.
“Saat ini sedang panen jagung dan padi. Keadaan masih cukup kondusif. Dirjen tanaman pangan selalu menjawab kebutuhan kami. Terima kasih untuk itu,” kata Paulus.
Sama halnya dengan Paulus, Bupati Sumba Timur Kris Praing menjelaskan bahwa hama belalang di wilayahnya yang sangat luas itu, sangat mengkhawatirkan dan serius. “Sudah 22 kecamatan yang terserang belalang. Kalau kerugian masyarakat akibat hama ini dikonversi, mencapai 65 miliar,” kata Kris.
Seperti rekannya Paulus, Kris dan jajarannya tidak tinggal diam. Berbagai upaya serius yang melibatkan OPD, masyarakat dan berbagai komunitas telah mereka lakukan.
Bahkan Bupati Kris menyebut ada Tim Brigade yang khusus bekerja keras untuk menangani hama tersebut. “Brigade kerja siang malam,” kata Kris.
Dengan wilayah yang sangat luas dan kondisi tofografi yang tidak ringan kata Kris, mustahil Pemerintah bekerja sendiri. “Meski begitu, kami tidak pasrah, tetap lakukan beragai upaya. Kami pasti tidak mungkin bisa selesaikan ini sendiri. Terima kasih kepada Dirjen yang sudah membantu. Kami berharap segera mendapat solusi,” ungkap Kris penuh harap.
Mencari Solusi Terbaik
Direktur Perlindungan Pangan Kementrian Pertanian Muhammad Takdir mengaku, dengan cermat mengikuti perkembangan di Sumba Timur dan Sumba Tengah. Pihaknya juga sudah melakukan berbagai hal untuk mengatasi hama tersebut. “Mengatasi hama belalang kumbara di Sumba menjadi target agenda kami,” aku Muhammad.
Muhammad memuji kerja keras kedua bupati tersebut yang telah mengerahkan semua potensi yang ada. Bupati-bupati ini menggerakkan semua OPD, bahkan mereka sendiri tidur di desa-desa,” kata Muhammad.
Menghadapi hama tersebut, aku Muhammad, pihaknya masih melakukan pendalaman. “Perlu upaya pendalaman. Dari pertemuan dengan para ahli dan ekspert, ada pilihan penanganan mulai dari tempat dia hidup dan berkembang. Upaya serius terus kami lakukan,” tegas Muhammad.
“Paksa” Pemerintah Pusat
Ansy Lema dan Ratu Wulla berjanji akan melakukan hal terbaik yang mereka bisa untuk mengawal upaya menangani hama tersebut. “Sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan dua termasuk Sumba, saya akan ‘memaksa’ Pemerintah Pusat untuk membantu masyarakat Sumba,” tegas Ansy.
Selain itu, Ansy mengimbau agar Pemerintah dan masyarakat tetap menjaga keseimbangan alam. Dia menyinggung kebiasaan menembak burung agar dihentikan. Menurutnya, pendekatan penanganan hama belalang tersebut harus dalam perspektif ekologis. “Bagaimana perlakuan kita terhadap alam, akan akan begitulah perlakukan alam terhadap kita. Maka perlakukan sebagaimana mestinya,” kata Ansy.
Ansy sepakat dengan pandangan agar melalui Perda melucuti semua senjata yang selama ini digunakan untuk mematikan predator alam, yaitu burung.
Sementara itu, anggota DPR RI lainnya Ratu Wulla berjanji akan bekerja sama denan berbagai pihak dan dengan sekuat tenaga dan kemampuan bekerja bagi saudara dan saudarinya di Sumba.
Webinar diikuti berbagai kalangan, baik Pemerintah, petani, penyuluh pertania, mahasiswa dan masyarakat umum.
Baik Ketua Umum IKBS Hermanus Malo Dona maupun Ketua Seksi Webinar Oscar Umbu Siwa berharap, webinar tersebut bisa memberikan sedikit pencerahan dan harapan bahwa hama belalang tetap bisa diatas dengan kerjasama yang baik. (tD)