Wilhelmina Kurnia Wandut, M.Hum, Dosen STKIP Weetebula
Industri Pariwisata di Pulau Sumba, NTT sedang berkembang dengan pesat. Meski sempat tersendat selama dua tahun terakhir karena adanya virus Covid-19, namun pesona pulau tetap memikat wisatawan baik dalam maupun luar negeri tetap datang.
Industri pariwisata merupakan industri yang menglobal. Sudah sepatutnya masyarakat Sumba menyambut fenomena ini dengan kemampuan yang memadai. Salah satu kemampuan wajib yang harus dimiliki dalam industri ini adalah kemampuan berbahasa inggris.
Kecakapan berbahasa inggris dan dunia pariwisata memiliki keterkaitan erat dan peran vital yang mampu mempengaruhi berbagai aspek seperti aspek financial, budaya dan sosial. Seseorang dengan kemampuan Bahasa inggris akan memiliki kesempatang yang lebih besar dalam menangkap peluang dalam dunia industri pariwisata.
Namun, acapkali ketersediaan sumber daya manusia yang mampu menjawabi peluang ini tidak banyak. Dalam hal ini, banyak masyarakat yang memiliki bekerja dalam industri pariwisata tidak memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang memadai sehingga kesempatan baik terlewat begitu saja. Sebuah kisah nyata dari seorang driver. Seorang wisatawan luar negeri ingin menghabiskan waktu selama satu minggu di Sumba. Setelah menyepakati harga dan rencana perjalanan (itinerary) yang telah ditentukan. Namun, mereka mengalami kesulitan ketika berkomunukasi dengan driver via telepon untuk membahas detail perjalanan. Wisatawan tersebut cukup terkejut karena menyangka masyarakat Sumba yang bekerja di dalam lingkup pariwisata sudah fasih dalam berkomunikasi. Karena tidak ingin menanggung risiko dalam perjalanan, wisatawan melakukan cancel pada perjalanan tersebut dan mencari orang lain yang sesuai dengan ekspektasinya. Ini adalah salah satu contoh kesengajangan antara peluang dan kemampuan yang terjadi dalam industry pariwisata di Sumba.
Sayangnya, sejauh ini belum ada solusi preventif untuk mengatasi kesenjangan ini. Rata-rata pelajar di Sumba tidak mendapatkan mata pelajaran Bahasa inggris di tingkat Sekolah Dasar. Bahasa inggris juga tidak digalakan sebagai salah satu ekstrakuriler di Lembaga Pendidikan formal. Pelajar baru mempelajari Bahasa inggris saat mereka duduk di bangku sekolah menengah. Kenyataan ini tentu saja menyebabkan perkembangan sumber daya manusia dalam dunia pariwisata menjadi lambat.
Kesempatan yang seharusnya dimiliki oleh masyarakat Sumba sendiri bisa saja terambil oleh orang lain yang memiliki kemampuan lebih baik dan masyarakat Sumba menjadi “penonton” di daerahnya sendiri.
Solusi itu Datang
Lembaga James First Course atau yang biasa dikenal dengan JF Course hadir untuk berkontrubusi dalam membantu generasi Sumba untuk siap bersaing dengan era 4.0 dan meningkatkan kualitas pariwisata di pulau Sumba ini. JF Course adalah sebuah Lembaga kursus Bahasa inggris yang telah memiliki dua cabang yakni di Sumba Barat Daya dan di Sumba Barat. JF Course telah beroperasi selama kurang lebih empat tahun dan telah memiliki SK perijinan pada bulan April tahun 2020 sebagai Lembaga belajar non formal. JF course juga memiliki BLK (Balai Latihan Kerja) melalui program Kemnaker. BLK ini merupakan lab bahasa yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar di JF Course karena penerapan dari komponen bahasa inggris dalam bentuk listening, speaking, reading dan writing dalam dilaksanakan secara optimal. Harapannya, siswa/i JF Course dapat memiliki perkembangan bahasa inggris yang signifikan.
Saat ini, Lembaga JF Course memiliki 21 orang pengajar yang terbagi dalam dua cabang serta memiliki lima tenaga kependidikan/staff yang mendukung proses belajar mengajar. Para pengajar merupakan lulusan bahasa inggris baik S1 maupun S2 dan memiliki background pengajar bahasa inggris. Selain itu, Lembaga mengadakan Bimtek sebulan sekali secara rutin agar para pengajar mendapat kesempatan untuk merefresh dan mengembangkan ketrampilan serta kemampuan.
Selain, itu lewat kesempatan ini, para pengajar dapat mengupdate metode dan strategi pembelajaran yang akan diterapkan oleh pada siswa/i di kelas. Lembaga juga menjalin kemitraan dengan desa untuk memberikan beasiswa bahasa inggris bagi anak-anak yang tidak mampu. Dengan harapan, pemerataan peningkatan SDM di pulau Sumba dapat terjadi secara merata.
Selain itu, JF course juga mengadakan pentas English show secara berkala yang dihadiri oleh pihak swasta dan pemerintah daerah. Pentas ini bertujuan untuk memberikan ruang berkreasi bagi pelajar dan memingkatkan motivasi belajar bahasa inggris. Selain itu, Pentas bahasa inggris merupakan evaluasi dari hasil pembelajaran siswa/i selama belajar di JF Course.
Selain bagi pelajar, JF Course juga membuka peluang bagi mereka yang ingin mendalami bahasa inggris untuk tujuan tertentu contohnya untuk menjadi tour guide atau persiapan bahasa untuk bekerja di luar negeri. Hal ini dilakukan berdasarkan obeservasi akan kebutuhan bahasa yang menjadi prioritas dalam mendukung perkejaan seseorang. Kelas TOEFL Preparation juga dibuka bagi yang ingin mengikuti test profiency untuk kebutuhan tertentu.
Sesuai dengan misinya “let’s conquer the world by mastering English” (menaklukan dunia dengan menguasai bahasa inggris), Lembaga JF Course berharap bisa membawa perubahan signifikan bagi SDM Sumba dan mendongkrak perkembangan pariwisata di Sumba. Sehingga, masyarakat Sumba memiliki kesempatan besar dalam bersaing merebut peluang-peluang yang berkaitan dengan pariwisata sebagai pemilik lapangan kerja.
Tentu saja, keberadaan Lembaga dan tujuannya perlu dukungan dari berbagai pihak baik swasta mampun pemerintah. Pekerjaan merubah pola pikir dan meningkatkan kualitas SDM dalam dunia pariwisata secara massive tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu ada kontribusi dari berbagai pihak yang fokus untuk mengembangkan bidang tertentu. Harapannya, masyarakat Sumba dapat memiliki kemampuan SDM yang memadai yang tentu saja dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. *