Simply da Flores, Harmony Institute
Kulihat anak-anak berbaris
berjalan menyusur malam
berkelana menyibak gulita
mencari jejak tapak makna
pada debu kerikil zaman
Ada yang bersama-sama
ada yang berduaan
ada juga yang sendirian
Kutanyakan pada angin
mengapa anak-anak kegelapan
berani menyibak gulita?
Sepoi angin bisikan jawaban
“Setiap anak manusia
terlahir sebagai putra-putri cahaya
oleh Sang Maha Cahaya
Dalam napasnya ada cahaya semesta
Dalam detak jantungnya ada mantra api Ilahi
Di kepalanya disematkan matahari
Di dadanya dipasang purnama
Di jemari tangannya ada bintang-bintang
Di kedua kakinya ada api dari alam
Dan pada halaman jiwanya
tertulis kata cahaya:
engkau duta sinar cinta
sebagai meterai kehadiran setiap anak manusia di tengah dunia
Maka ada yang amanatkan
bahwa setiap anak terlahir sebagai Nur Ilahi”
Aku terdiam dan kagum
pada bisikan angin malam
Bintang-bintang asyik bergurau
serangga lincah beterbangan
Mataku terpana pada kelelawar
kagumku dalam tanya:
Mengapa kelelawar bisa tahu ada buah yang masak dalam tirai gulita?
Adakah radar di matanya?
Adakah cahaya pemandunya?
Malam pamerkan keajaiban
Dan barisan anak-anak terang
terus berkelana dalam zaman,
silih berganti terlahir generasi
sejarah peradaban insani
para Putra Fajar
para Putri Cahaya
Misteri Sang Maha Cinta
Rahasia Sang Maha Cahaya