Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris
Bill Haber, seorang produser film terkenal, adalah salah satu orang paling berpengaruh di Hollywood. Selama tiga puluh tahun, jalan hidupnya adalah menciptakan dan terkadang menghancurkan karir para bintang film di Hollywood. Dan dia melakukan pekerjaannya dengan baik.
Pada tahun 1995, ketika dua rekannya di Creative Artists Agency meninggalkannya untuk mengelola studio mereka sendiri, Bill memulai sebuah organisasi nirlaba bernama Save the Children. Di organisasi ini, sekarang dia mengawasi empat puluh ribu karyawan di empat puluh satu negara. Dia meninggalkan kemilau dan kemewahan Hollywood demi anak-anak yang kelaparan di seluruh dunia.
Mengapa dia melakukan langkah seperti itu? Sederhana, katanya. “Kamu hanya hidup sekali, dan saya merasa Tuhan memanggil saya untuk bekerja dengan anak-anak.” Dia menyadari bahwa kekayaan dan kekuasaan bukanlah segalanya, dan ketika dihadapkan dengan kesempatan untuk membuat perbedaan yang akan langgeng dalam hidup seseorang, dia hanya berkata, “Saya tidak bisa membiarkan kesempatan itu berlalu.”
Hebatnya lagi, Bill Haber mengatakan bahwa tak seorang pun di Hollywood pernah berpikir dia gila karena melakukan apa yang dia lakukan. Bahkan, beberapa orang mengatakan kepadanya, “Saya berharap saya juga bisa melakukan itu.”
Tiga orang dalam Injil hari ini menyatakan keinginan untuk mengikuti Yesus (Luk 9:57-62).
Yang pertama ditantang oleh Yesus dengan tiadanya kenyamanan. “Tempat untuk meletakkan kepala” bukan sekadar bantal atau tempat tidur. Ini adalah kenyamanan hidup dalam sebuah rumah tangga.
Yesus adalah pribadi yang terus berjalan dan tidak memiliki kenyamanan itu sebagaimana orang pada umumnya. Dia memilih selibat sebagai pilihan hidup demi Kerajaan Allah.
Orang kedua dipanggil oleh Yesus tetapi dia hendak meminta izin untuk menguburkan bapaknya. Artinya dia menunda panggilan itu sampai bapaknya meninggal dunia karena adalah kewajiban anak untuk menguburkan bapaknya.
Jawaban Yesus tegas dan tajam. “Biarlah orang mati menguburkan orang mati”.
Ini berarti, mereka yang mati secara rohani, yang tidak menanggapi panggilan Yesus, adalah mereka yang menguburkan orang yang mati secara fisik. Bukan dia yang sedang dipanggil.
Orang ketiga juga dipanggil oleh Yesus tapi memberi syarat untuk pamitan dengan keluarganya. Ini mengingatkan akan panggilan Elisha oleh Elia (1 Raj 19:19-21).
Yesus menjawab: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Panggilan Yesus mensyaratkan pengorbanan, termasuk perasaan kedekatan kekeluargaan.
Kerajaan Allah harus sedemikian mempesona sehingga membuat orang lupa atau mengabaikan hal-hal biasa dan normal dalam hidup sehari-hari.
Siapa pun setiap saat dapat melakukan apa yang dilakukan Bill Haber.
Dalam Injil hari ini, Yesus memberi kita undangan untuk meninggalkan kerajaan pribadi kita sendiri dengan segala kenyamanannya dan bergabung dengan-Nya dalam membangun Kerajaan-Nya yang kekal; di sini dan saat ini, dengan komitmen total.
Lebih baik menyesal karena salah melakukan sesuatu daripada menyesal karena tidak melakukan sesuatu.
Salam hangat dari dari Biara Novena “Maria Bunda-Nya yang Selalu Menolong’ (MBSM), Kalembu Nga’a Bongga (KNB) Weetebula, Sumba “tanpa wa”.