WAINGAPU, SUMBA, TEMPUSDEI.ID-Umat Katolik di Pulau Sumba, NTT mengalami duka beruntun. Belum kering air mata mereka akibat wafatnya Romo Linus Tiala pada 24/6 dan dimakamkan pada 27/6 di Pakamandara (Sumba Barat Daya), mereka harus berduka dan menangis lagi akibat berpulangnya Suster Maria Geovanita PRR (26/6) akibat kecelakaan lalu lintas.
Romo Linus meninggal di RSUD Umbu Rara Meha, Waingapu karena sakit, kemudian disemayamkan di Gereja Bunda Selalu Menolong, Waingapu.
Suster Maria Geovanita meninggal di RSUD yang sama setelah mengalami kecelakaan lalu lintas di Hambapraing saat dalam perjalanan menuju Stasi Rambangaru untuk pelayanan ibadat Minggu.
Suster Geovanita juga disemayamkan di Gereja Bunda Selalu Menolong, Waingapu, persis di tempat Romo Linus disemayamkan.
Seperti informasi yang sampai ke TEMPUSDEI.ID, siang itu (26/6), Suster Geovanita sudah dalam perjalanan menuju tempat ibadat. Ketika dia sampai di Mondu (sudah menempuh 10 KM), Suster baru sadar bahwa dia lupa membawa hosti kudus untuk umat di Stasi Rambangaru. Karenanya dia memutar motornya, kembali ke gereja untuk mengambil hosti.
Saat hendak kembali menuju ke Stasi Rambangaru yang jaraknya 20-an KM dari Hambapraing itu, baru memacu motornya beberapa ratus meter, Suster terjatuh dan terbentur keras di sisi jalan, menyebabkan ia langsung tidak sadarkan diri di tempat.
Suster segera dilarikan ke RSUD Umbu Rara Meha, tapi tidak tertolong.
Pelayanan Total
Komunitas Suster-suster PRR belum genap setahun di Hambapraing, Sumba Timur. Di komunitas baru ini, hanya ada dua orang suster, yakni Suster Maria Geovanita dan seorang rekan sepelayanan, sekaligus pimpinannya.
Ketika datang dari Kupang ke Sumba, kedua suster ini membawa serta semangat pelayanan yang membara. Dan semangat itu mereka buktikan dengan sungguh-sungguh, tidak peduli dengan medan pelayanan yang luas dan berat.
Keduanya sungguh-sungguh hadir dalam kehidupan beriman umat di Stasi Hambapraing dan stasi-stasi sekitarnya. Semangat beriman umat yang redup oleh berbagai alasan, mereka hidupkan kembali. Umat melihat semangat pelayanan pastoral yang all out dari kedua biarawati ini.
Jarak rumah umat yang saling berjauhan dan medan yang berat tidak menjadi alasan bagi mereka untuk tidak mengunjungi umat. Kedua suster ini hampir tidak kenal lelah dan waktu berada di antara umat.
Mereka mendampingi semua tingkat umur umat; dari anak-anak sampai dewasa dengan segala persoalan umat di satu sisi, dan di sisi lain keterbatasan tenaga, energi, fasilitas dan biaya pada kedua suster.
Sebenarnya, menurut rencana, Stasi Santo Petrus dan Paulus Hambapraing akan merayakan ulang tahun pada 29 Juni 2022. Dan pada HUT tersebut akan dilakukan berbagai acara antara lain pemberkatan massal pernikahan, komuni pertama, pembaptisan umat. Atas semua rencana tersebut, Suster Geovanita adalah motor utamanya.
Atas kepergian Suster Geovanita, umat Stasi Hambapraing sangat berduka dan merasakan kehilangan yang luar biasa. Betapa tidak? Di tengah semangat mereka untuk bangkit dalam hidup beriman dan menggereja, motor pergerak mereka dipanggil Tuhan. Lebih dari itu, mereka sudah sangat mengenal dan akrab dengan Suster Maria.
Selama Suster Maria yang merupakan anak perempuan satu-satunya dari sebuah keluarga di Kefamenanu itu disemayamkan di Gereja, umat dari Stasi Hambapraing selalu di gereja untuk mendoakan dan mengurus segala sesuatu yang diperlukan, sebelum jenazah Suster diterbangkan ke Kupang pada 28/6, pukul 6.00 Wita.
Seratusan umat mengantar jenazah Suster Geovanita ke Bandara Umbu Mehang Kunda Waingapu pada pukul 4 pagi dengan tangis dan air mata.
Selamat pulang, Suster Geovanita. Damailah di Surga. Doakan umat dampinganmu agar mereka semakin bersemangat dalam hidup beriman dan menggereja. Benih-benih iman yang engkau semaikan tidak akan sia-sia. Requiescat in Pace. (tD)
PUISI untuk Suster Geovanita: https://www.tempusdei.id/2022/06/8680/indah-rencanamu-tuhan-in-memoriam-sr-maria-geovanita-prr.php