Oleh Eleine Magdalena, Penulis buku-buku renungan best seller
Sejak SMA saya sering berdoa supaya diberi kesempatan bekerja di ladang Tuhan. Setelah menikah pun setiap kali masuk gereja di mana saja, saya selalu berdoa memohon agar kami sekeluarga boleh melayani Tuhan.
Saya tidak mempunyai gambaran sebagai apa, bagaimana dan dalam bentuk apa dapat melayani Tuhan. Yang jelas saya ingin sekali menjadi pelayan-Nya.
Saya bersyukur Tuhan mendengarkan doa saya. Tuhan memberi kami kesempatan untuk melayani-Nya.
Ini adalah suatu rahmat bahwa Yesus memanggil dan kita menjawab. Pusat hidup kita bukan lagi diri sendiri, karier atau hobi melainkan Yesus.
Tujuan hidup kita bukan lagi menjadi pandai, kaya, berkuasa buat diri sendiri tapi agar kehendak-Nya terlaksana.
Seperti kata Paulus: “… apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang ku-anggap rugi karena Kristus” (Flp 3:8).
Beberapa kali teman-teman mengajak reuni, tapi sering waktunya bertepatan dengan tugas pelayanan baik di dalam maupun luar kota.
Saya tidak merasa berat untuk menolak karena saya yakin tugas pelayanan lebih penting. Bukankah dalam bekerja demi uang kita pun sering meninggalkan hobi atau kesenangan yang lain jika ada tugas kantor.
Maria adalah contoh orang yang menjawab “Ya” terhadap panggilan Tuhan. Sejak itu pula Maria “mengandung” Yesus.
Seperti Maria, kita perlu memerhatikan dan mengenal Yesus. Bunda Maria dapat disebut murid Yesus yang pertama dan utama.
Maria yang pertama kali mengenal Putranya dan belajar dari-Nya. Sebagai ibu yang melahirkan dan membesarkan Putranya, Ia tentu yang mengerti keinginan Putranya.
Dengan kerelaan penuh, Maria menyerahkan kehendak bebasnya kepada Allah yang makin dikenalnya dalam diri Putranya. Maria sepenuhnya menjadi pelayan Allah.
Kita perlu rela diajar dan dididik agar mengenal Yesus yang kita wartakan. Kita perlu mengerti ajaran-Nya, visi misi-Nya, gaya hidup dan sifat-sifat-Nya.
Kita perlu merenungkan sabda Tuhan siang dan malam, bercakap-cakap dengan-Nya dalam doa untuk semakin mengenal-Nya.
Semakin kita mengenal-Nya, semakin kita mencintai-Nya. Semakin kita mencintai-Nya, semakin kuat pula komitmen kita untuk melayani-Nya.
Berkomitmen untuk melayani berarti siap untuk mewartakan Injil-Nya dalam setiap keadaan hidup kita.