Oleh Emanuel Dapa Loka
Dalam batas cakrawala pandang insaniah
wajahmu tak terjangkau sorot mata,
walau engkau hanya berbatas sehelai daun – kabaila ro’o *
Yang membedakan,
hanyalah bahwa embusan angin
di balik daun itu sudah berhenti
dan bola matamu kini memandang
hanya dari balik kelopak terkatup
Memanglah sudah purna tugasmu
membalik tanah dan menggali bebatuan keras
di punggung tanah ini,
tanah warisan beribu-ribu masa berlari
Memanglah pula
langkah kakimu
yang berpacu menjemput impian masa muda
di padang sabana mahaluas itu sudah berujung
Memanglah juga
berjuntai-juntai harapan
telah engkau sabung
di medan terbuka
agar bertaut pada restu langit dan semesta
Namun kini lihatlah sendiri
dari balik tempatmu kini memeluk keabadian
bersama A-Kanga wolla limma, A-Wedhu wolla wa’i **
Sawah dan ladang
tempatmu dulu bersimbah peluh,
yang lalu menyembulkan makna gaib kehidupan,
kini tergadai oleh jemari kami sendiri
yang tak piawai dan tak terampil mengunduh rahmat,
malah menelantarkan dimakan waktu tak terurai
Lihatlah juga dari sana,
tanah waris yang bergemunung,
berlapis tanah kurus,
juga yang subur permai
telah berpindah tangan
karena mau anak-anakmu sendiri,
oleh karena kurangnya kemampuan bertimbang
Lantas,
Inikah hutang yang harus kami lunasi
dalam masa yang berlari tak kenal jeda ini?
Inikah waris yang kalian tinggalkan
agar pikir dan rasa kami tak membeku,
tapi sebaliknya terus berpacu dan mendidih?
Jika iya, dan kami yakin itulah dia,
di bawah restu semesta dan cahaya ilahi,
pikir yang fajar dan hati yang benderang
kami akan memacu kuda perkasa dalam raga kami
untuk berlari menjemput matahari,
ialah Matahari Sumba yang gemilang.
CATATAN:
Istilah dalam istilah Sub Etnis Waijewa di Pulau Sumba, NTT
*Kabaila ro’o: Di balik daun
** A Kanga Wolla limma, A Wedhu wolla wa’i: Yang membuat jari tangan dan kaki (Pencipta)