Gerombolan pemberontak membunuh seorang biarawati (Suster Marie-Sylvie Kavuke Vakatsuraki) dan enam orang lainnya dalam serangan ke sebuah rumah sakit misi Katolik di Republik Demokratik Kongo pada 19 Oktober 2022.
Menurut laporan Christian Concern, orang-orang bersenjata itu dari Pasukan Demokrat Sekutu. Mereka menyerbu desa Maboya, di provinsi timur laut Kivu Utara. Pasukan Demokrat Sekutu adalah pemberontak dari negara tetangga Uganda. Mereka bersekutu dengan Negara Islam.
Kelompok pria bersenjata yang menyerang Maboya juga mencuri obat-obatan dan peralatan medis dari rumah sakit, sekaligus membakar rumah sakit.
Uskup Melchisédec Sikuli Paluku dari Butembo-Beni menyesalkan pembunuhan itu dan mengutuk keras serangan itu.
Suster Marie-Sylvie adalah seorang dokter medis dan anggota Kongregasi “Suster-Suster Kecil Persembahan Bunda Maria di Bait Suci”.
“Semoga arwah Suster Dokter Marie-Sylvie Kavuke Vakatsuraki, yang meninggal dalam pelayanan saudara-saudarinya, beristirahat dalam damai melalui belas kasih Tuhan!” kata Uskup Paluku dalam pernyataan pada 20 Oktober yang diperoleh ACI Africa, agen mitra CNA.
“Kata-kata tidak bisa mengungkapkan kengerian yang melampaui ambang batas!” tambahnya.
Paluku menyesalkan pembakaran rumah sakit dan pencurian obat-obatan dan peralatan. “Fasilitas medis itu dijalankan oleh Kantor Pekerjaan Medis keuskupan,” jelasnya.
Uskup menyampaikan belasungkawa kepada seluruh desa dan meyakinkan mereka akan doa keuskupan. Dia juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga biologis Sister Marie Sylvie, kepada profesi medis, dan kepada semua Little Sisters of the Presentation.
Ada beberapa serangan dari Pasukan Demokrat Sekutu dan serangan meningkat sepanjang Oktober. Kelompok pemberontak terlibat dalam kampanye untuk memaksakan visi mereka tentang Islam di wilayah tersebut.
Menurut laporan International Christian Concern, pada 4 Oktober, sekitar 20 orang Kristen terbunuh di Kainama di Kivu Utara.
Pada awal Februari, seorang imam Katolik dibunuh oleh orang-orang bersenjata di wilayah Kivu Utara, Lubero saat ia kembali ke paroki St. Michael di Keuskupan Butembo-Beni. (CNA/tD)