Oleh Emanuel Dapa Loka, Wartawan dan penulis biografi
Argentina adalah tim pertama yang kalah di putaran final piala dunia, takluk dari Arab. Argentina juga tim pertama yang memastikan diri masuk final untuk berhadapan dengan Prancis atau Maroko. Di Semi Final pada 14/12, Tim Tango ini berhasil menaklukkan Croatia dengan angka telak 3-0.
Sebelumnya Argentina sukses menundukkan Belanda dengan skor 4-2 melalui drama adu pinalti, sedangkan Maroko menghantam Portugal dengan gol semata wayangnya hasil tandukan Yuossef En-Nesyri pada menit ke-42. Croatia memulangkan Brasil dengan angka 4-2 dan Prancis mengirim Inggris ke kampung halaman dengan skor 2-1.
Apa yang akan terjadi di Semi Final? Tidak lain adalah kelihaian para pelatih beradu strategi dan mental bertanding para pemain yang berlaga. Istilah “Tim Lemah” tidak berlaku lagi pada babak ini, sebab batu uji yang telah mereka lewati bukan main-main. Pertaruhan mereka sebelumnya sama sekali tidak bisa disepelekan.
Oleh karena track record sebelumnya, tiga tim semi finalis, yakni Argentina, Prancis dan Croatia telah menempati papan favorit. Sedangkan Maroko tidak terlalu diperhitungkan sebelumnya. Maklum saja, catatan mereka di pentas Piala Dunia “bukan apa-apa”. Prestasi terbaik Maroko di Piala Dunia adalah mencapai babak 16 besar pada Piala Dunia 1986 di Meksiko.
Pada putaran final kali ini, mereka bergabung di Grup F bersama Belgia, Croatia dan Kanada. Mereka pun memuncaki grup sebagai juara grup. Tidak main-main, di babak 16 besar mereka kandaskan Spanyol atau La Furia Roja melalui adu pinalti.
Bagaimana dengan Prancis dan Croatia? Penampilan Prancis pada babak sebelumnya terbilang paling moncer mengingat merekalah tim pertama yang lolos ke putaran 16 besar dengan kemenangan-kemenangan besar dan meyakinkan. Sementara Croatia, walau selalu menang tipis, tim ini konsisten dan memberi kejutan kepada lawan-lawannya.
Keempat tim yang berlaga di semi final bertaburan bintang. Di Prancis ada Mbape, Croatia punya Mordic, Maroko miliki Youssef En-Nesyri dan Argentina punya Messi. Selain nama-nama ini, pemain yang lain di keempat tim memiliki keterampilan yang membintang juga.
Bintang dan Penyair
Salah satu bintang yang menyedot perhatian pada perhelatan terakbar ini adalah bintang mungil milik Argentina Leonel Messi yang dijuluki “Si Kutu” atau La Pulga, juga disebut “Si Musang”.
Benar! Messi adalah bintang yang tetap bersinar di usia 35 tahun. Tentang bintang dalam sepak bola, Cesare Luiz Menotti, salah satu legenda sepak bola Argentina mengatakan, “Sepak bola tanpa bintang, ibarat negeri tanpa penyair.”
Menotti sendiri berhasil membawa tim nasional Argentina menjuarai FIFA World Cup untuk pertama kalinya pada tahun 1978, dengan mengalahkan Belanda di final dengan skore 3-1.
Hari ini, Messi adalah Argentina dan Argentina adalah Messi. Ketika berangkat ke Qatar, para pemain Argentina membawa serta semangat membara untuk mempersembahkan piala bagi negara, namun terutama untuk Messi yang mereka hormat dan sayangi. Maklum, ini merupakan kesempatan terakhir Messi.
Sementara itu, Messi sendiri, untuk mengurangi ketegangan bermain, ia berkata bahwa pada momentum Piala Dunia kali ini dia ingin bermain untuk ketiga anaknya. Tentu saja dengan itu, dia juga bermain untuk negaranya.
Messi sangat membutuhkan suasana rileks sebab akibat tersingkir pada Piala Dunia lalu, Messi tidak bisa tidur nyenyak selama satu tahun.
Dan lihatlah! Di laga semi final melawan Croatia, Messi dengan amat lincah dan cerdas mengulik-ulik pemain belakang Croatia Juranovic dan Borna Sosa yang menjaganya secara sangat ketat. Mereka malah terkesan terhipnotis dan menonton Messi menggocek bola.
Dengan bola yang seperti melekat pada kakinya, Messi dengan gesit berlari cepat di zona berbahaya Croatia lalu lahirlah goal dari kaki Alvares, pemain muda yang haus goal. Alvares yang pada posisi bebas tinggal menyantap bola operan matang Messi.
Messi mengolah bola dengan seluruh keindahan yang ia miliki, ibarat seorang penyair dengan lincah mengolah kata-kata pilihan untuk menjadi bait-bait puisi indah dan berenergi.
Permainan seperti yang Messi peragakanlah yang dimaksud Cesare Luiz Menotti, bintang Argentina yang telah menjelma menjadi filsuf sepakbola itu dengan kata-kata: La pelota es para los jugadores, como las palabras para los poetas, en el pie o en la cabeza de algunos ellos, se convierte en una obra de arte. Kalau diterjemahkan menjadi: Bola adalah untuk pemain seperti kata-kata untuk penyair, di kaki atau di kepala, itu menjadi sebuah karya seni.
Satu langkah lagi, Tim Argentina akan benar-benar mempersembahkan piala untuk negara dan untuk Messi, sebuah nama yang berasal dari bahasa Ibrani berarti mesias.
Saya optimistis Messi dan kawan-kawan akan membawa pulang lambang supremasi sepak bola sekolong langit itu. Vamos, Argentina!!