Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris
“Engkau akan menamai Dia Yehosua karena Dialah yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat 1:21).
Nama “Yehosua” dalam bahasa Ibrani, menjadi Yesus dalam bahasa Yunani. Nama ini memiliki arti “Allah Yang Menyelamatkan” manusia dari dosa-dosa mereka.
Tentu saja orang Israel saat itu tidak berharap keselamatan dari dosa, yang sifatnya rohani. Yang mereka harapkan adalah keselamatan dari penjajahan musuh mereka, saat itu bangsa Romawi.
Nama ini juga mengingatkan akan Yosua, pemimpin Israel pengganti Musa yang membawa bangsa Israel memasuki Tanah Kanaan atau Tanah Terjanji. Tentu setelah berhasil mengalahkan musuh-musuh yang mencegah mereka masuk.
Allah-lah yang memimpin bangsa-Nya memulai hidup baru di tanah yang dilimpahi susu dan madu.
Bahwa Yesus adalah Penyelamat terlihat dari cara penginjil Matius menggunakan ramalan nabi Yesaya: “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (7:14). Dia bukan anak biasa-biasa. Dia mempunyai keistimewaan yang tidak dipunyai anak-anak lainnya.
Pertama, Dia lahir dari seorang perawan – ho partenos. Dalam bahasa Yesaya, digunakan istilah Ibrani alamah, yang berarti perempuan muda.
Ketika dikutip oleh Matius dalam bahasa Yunani, dia menggunakan “ho partenos” yang berarti perawan (the virgin, bukan a virgin). Itulah sebabnya Gereja memberi gelar kepada Maria sebagai Perawan.
Kedua, Dia diberi nama IM-MANU-EL. Terjemahan lurusnya: Bersama kita Allah. Atau: Allah menyertai kita.
Ini bukan nama kedua Yesus, melainkan gambaran perannya, sebagai yang mewakili Allah menyertai umat manusia.
Penyertaan Allah itulah yang menyelamatkan manusia. “Menyertai” adalah janji Yesus di akhir Injil Matius: Aku menyertai kamu sampai akhir zaman. (Mat 28:20).
Natal yang sesungguhnya lalu menjadi kesadaran bahwa, kendati hidup sulit, sengsara, sakit, dalam penindasan dan segala bentuk kemalangan lainnya, Allah tetaplah menjadi Penyelamat yang selalu menyertai kita.
Natal tidak serta-merta mengubah segalanya sesuai keinginan kita, karena seperti Yesus yang berproses, dari bayi dalam kandungan, lahir dan menjadi besar, demikianlah karya Allah di dunia ini.
Karya Allah harus berawal dari diri kita, bahkan kita harus menyediakan diri seperti Maria, agar karya Allah itu bertumbuh dan berkembang.
Yesus hanya satu kali lahir dalam gua atau kandang hewan. Seterusnya Dia harus lahir dalam hati kita, dalam diri kita.
Seorang mistikus (guru rohani) Jerman, Angelus Silesius pernah berkata, “Kristus bisa lahir ribuan kali di Betlehem, tetapi semua itu akan sia-sia, jika Dia tidak lahir dalam diriku”.
Seorang tamu berkunjung ke rumah sebuah keluarga pada hari Natal. Kepada anak nona berusia 5 tahun dia bertanya, “Apakah engkau mendapat hadiah di Hari Natal?”. Anak itu menggeleng lalu berkata, “Saya tidak dapat apa-apa. Ini hari ulang tahun Yesus, bukan ulang tahunku”.
Salam Natal dari Biara Novena MBSM, Kalembu Nga’a Bongga (KNB), Weetebula, Sumba “tanpa wa”.