Pater Kimy Ndelo, CSsR, Salam dan doa dari Ende
S eorang turis mengunjungi sebuah Gereja di Werner, Jerman.
Dia terkejut melihat sosok pahatan domba yang diukir di menara lonceng gereja.
Dia bertanya, mengapa itu ada di sana. Diberi tahu bahwa ketika menara lonceng gereja sedang dibangun, seorang pekerja jatuh dari perancah-scaffold yang tinggi.
Rekan kerjanya bergegas turun, dan yakin akan menemukan dia tewas. Tapi yang mengejutkan dan menyenangkan mereka, dia masih hidup dan hanya terluka ringan.
Bagaimana dia bertahan? Rupanya, ketika dia terjatuh, sekawanan domba sedang lewat di bawah menara pada saat itu, dan dia mendarat di atas seekor domba.
Domba itu patah tulang belakangnya. Domba itu sampai mati, tetapi orang itu selamat dari maut.
Untuk memperingati kejatuhan ajaib itu, seorang rekan seniman batu mengukir seekor anak domba di menara pada ketinggian yang tepat dari tempat pekerja itu jatuh.
Patung anak domba ini mengungkapkan sedikit dari apa yang Yohanes Pembaptis maksudkan ketika dia memperkenalkan Yesus kepada murid-muridnya sambil berkata, “Lihatlah, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.”
Dalam arti apakah Yohanes menyebut Yesus sebagai Anak Domba Allah?
Pada dasarnya ada banyak pengertian. Salah satunya adalah ini.
Istilah “Anak Domba Allah” menunjuk pada Domba Penebusan (Im 16,20-22).
Ini adalah seekor domba yang dibawa ke Bait Allah pada Hari Penebusan (Yom Kippur).
Di atas kepala domba ini seorang Imam menumpangkan tangan untuk “mentransfer” semua dosa umat Israel ke atas domba ini.
Domba ini lalu dibawa ke hutan belantara dan dilepas sehingga dimangsa oleh binatang buas.
Inilah domba “yang menghapus dosa-dosa orang Israel”.
“Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” yang diucapkan dalam liturgi ekaristi berasal dari pemahaman ini.
Dalam ekspresi ini kita mengungkapkan identitas dan tujuan hidup Yesus sebagai “Anak Domba” sekaligus Tuhan.
Karena cinta dan pengorbanan-Nya, Dia menjadi yang pernah datang dan akan selalu datang untuk mengambil dosa kita.
Dia akan terus menjadi pribadi hidup yang akan selalu membersihkan kita dari dosa kita dan menjadikan kita baru.
Menjadi pengikut Anak Domba berarti mengakui bahwa pengorbanan untuk kebaikan orang lain juga adalah jalan kita seperti Yesus.
Ketika Yohanes mengatakan “Lihatlah Anak Domba Allah”, mengandung konsekwensi, ikutilah Dia. Bukan sekadar melihat dengan mata lalu selesai.
Dia memperkenalkan Yesus agar kita datang kepada-Nya dan tinggal bersama Dia.
Kepada kedua murid yang datang bertanya kepada Yesus: “Guru, di manakah Engkau tinggal?”. Yesus menjawab: “Marilah dan lihatlah”.
Ajakan ini berarti, mendekat kepada Dia dan belajar daripada-Nya. Mereka lalu tinggal bersama Dia. Mendekat dan selalu mendengarkan Dia.
Dalam relasi antar dua pribadi, misalnya pacaran, ada istilah LDR-long distance relationship.
Dalam kasus tertentu, hubungan macam ini bisa “happy ending”. Tapi banyak juga yang berakhir tragis; putus sebelum sampai ke pelaminan.
Dalam konteks iman, ternyata ada juga yang LDR, iman LDR. Artinya apa? Mereka yang memiliki iman tapi iman jarak jauh. Mereka yang merasa menjadi Kristen-Katolik karena pernah dibaptis, komuni pertama, krisma bahkan, tapi kemudian beriman LDR.
Mengakui diri beriman tapi selalu berjarak dengan Gereja, tidak mempunyai kedekatan dengan umat yang lain, bahkan dengan Tuhan.
LDR dalam relasi antar pribadi mungkin saja akan berakhir bahagia. Tapi LDR dalam hidup iman hampir pasti akan berakhir fatal.