Fri. Nov 22nd, 2024

Oleh Eleine MagdalenaKetua komisi Kitab Suci Keuskupan Malang

Suatu ketika saya menerima rahmat yang sangat besar. Hari itu sekitar pukul sepuluh pagi, waktu seakan merangkum semua ingatan saya akan masa lalu dan peristiwa yang telah saya lalui dalam sebuah kata syukur. Seberkas cahaya Tuhan menyentuh saya.

Di saat-saat tertentu Tuhan menyatakan kehadiran-Nya secara khusus. Ia memberi rahmat istimewa agar kita yakin bahwa Ia selalu ada menyertai kita. Ia berbicara lewat Kitab Suci, lewat orang-orang yang diutus-Nya, lewat peristiwa hidup yang menyentuh.

Tuhan punya banyak cara untuk meyakinkan kita bahwa Ia mencintai kita. Hanya saja batin kita sering lumpuh dan tumpul. Hati kita condong kepada dosa sehingga Sabda-Nya tidak menarik bagi kita. Akibatnya kita sulit mendengarkan-Nya.

Dalam peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung dan berubah rupa (Mrk 9:2-13) Allah untuk meneguhkan harapan dan keyakinan para murid. Pada perikop sebelumnya, Yesus memaklumkan sengsara dan kematian-Nya.

Para rasul yang mengikuti Yesus perlu mendapat peneguhan bahwa pewartaan Yesus itu benar. Musa dan Elia nabi besar dalam Perjanjian Lama, datang meneguhkan para murid.

Dari balik awan terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia”. Kita perlu mendengarkan Yesus karena Dia adalah Sabda yang menjadi manusia.

Pikiran manusiawi kita terbatas untuk menangkap maksud Tuhan. Kita sering lambat mengerti rencana Tuhan, terlalu berpikiran duniawi.

Orang modern terbiasa hidup cepat. Banyak kemudahan dan kesenangan ditawarkan. Sepertinya semua bisa diatur dan didapatkan jika ada uang.

Hukum seakan tajam ke bawah tumpul ke atas. Yang benar disalahkan, yang salah dibenarkan. Semua bisa diatur. Kita semakin sulit mengenal kebenaran.

Dalam peristiwa hidup sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, kita pun dihadapkan pada pilihan yang menantang iman kita. Ikut teman ngrumpi di mal ataukah ikut pertemuan doa. Membelanjakan uang untuk baju baru ataukah menabung untuk aksi puasa. Minum obat pelangsing ataukah mengendalikan nafsu makan.

Banyak persoalan rumah tangga yang menantang iman kita seperti merawat orangtua atau mertua yang sakit; dan merelakan karier kita yang berada di puncak demi merawat suami yang sakit. Semua itu bukan hal mudah untuk dilakukan.

Dalam keadaan seperti ini, kita memerlukan Sabda Tuhan yang memberi kekuatan. Oleh karena itu kita perlu “naik ke gunung” Tuhan, yaitu kamar doa pribadi kita untuk berjumpa dengan Tuhan.

Kamar doa pribadi terlebih berarti bilik hati kita yang terdalam untuk mendengarkan-Nya dan mengenali kehendak-Nya bagi hidup kita.

Bila kita mendengarkan-Nya kita menjadi kuat untuk menghadapi persoalan. Bila Tuhan menyapa maka kita tidak akan sama lagi. Kita mempunyai pengertian yang baru, yang lebih dalam menghadapi hidup sehari-hari.

Marilah setiap hari kita mencari suara Tuhan lewat Sabda-Nya. Kita juga dapat berjumpa dengan Tuhan secara pribadi lewat Ekaristi dan Sakramen Tobat.

 

 

Related Post