Fri. Nov 22nd, 2024

Pater Kimy Ndelo, CSsR, Dari Pulau Sumba, Indonesia Selatan

Sherlock Holmes pergi piknik berdua dengan sahabat karibnya Dr. Watson. Malam itu, setelah menikmati daging bakar dan whisky mereka tidur di bawah tenda di padang terbuka.

Tengah malam Holmes membangunkan sobatnya. Watson bangun dan membuka mata.

Holmes bertanya, “Coba lihat, apa yang terjadi sekarang?” Watson menjawab, “Aku melihat bintang-bintang di langit yang jernih. Astronomi bilang ada jutaan galaxi dan ribuan planet. Sekarang kira-kira jam 3 lewat 15. Secara teologis, Allah sungguh mahakuasa menciptakan alam semesta. Perkiraan cuaca besok pasti cerah. Menurutmu bagaimana?”

Holmes geleng-geleng kepala lalu bilang, “Watson, engkau goblok. Ini tandanya tenda kita dicuri orang.”

Watson bisa melihat sesuatu yang rumit dan jauh. Akibatnya hal paling sederhana luput dari perhatiannya. Orang sering berpikir, mempunyai visi berarti melihat jauh ke depan. Nyatanya tidak selalu demikian. Di depan mata ada realitas yang seringkali diabaikan.

Ketika Yesus menyembuhkan pengemis yang buta, yang dipersoalkan adalah siapa yang menyembuhkan dia dan mengapa penyembuhannya terjadi pada hari Sabat. Bahkan orangtuanya pun tak luput dari cercaan dan menyebut kebutaan anak mereka karena salah mereka.

Mereka tidak lagi melihat realitas di depan mereka bahwa orang yang buta telah melihat dan bahwa pasti ada kuasa Allah yang terlibat dalam peristiwa mukjizat ini.

Dalam situasi ini yang sesungguhnya buta telah melihat dan yang merasa diri melihat justru buta. Mereka buta terhadap belaskasih Allah bagi orang malang ini. Mereka buta akan hadirnya Yesus sebagai perwujudan kasih Allah yang hadir di dunia.

Ada istilah “blind spot” atau “titik buta”. Dalam urusan kendaraan misalnya adalah titik dimana supir tidak bisa melihat bagian belakang kendaraan walaupun sudah menggunakan kaca spion.

Karena berbahaya maka orang diperingatkan agar jangan berada di titik itu, supaya jangan tertabrak ketika kendaraan berjalan mundur.

Bisa jadi kita juga memiliki spiritual blind spot-titik buta rohani . Kita perlu mengizinkan Yesus untuk menyembuhkan kebutaan rohani kita. Kita semua memiliki titik buta – dalam pernikahan kita, pola asuh kita, kebiasaan kerja kita, dan kepribadian kita.

Kita mungkin buta terhadap kehadiran Allah Tritunggal yang berdiam di dalam diri kita dan gagal menghargai kehadiran-Nya dalam diri orang lain.

Bahkan orang Kristen yang taat pun bisa buta terhadap kemiskinan, ketidakadilan, dan rasa sakit di sekitar mereka.

Yesus ingin juga menyembuhkan kebutaan kita. Kita perlu memintanya untuk menghilangkan dari kita akar penyebab kebutaan kita: egoisme, keserakahan, kemarahan, kebencian, prasangka, kecemburuan, kecanduan kebiasaan jahat, kekerasan hati, dan sejenisnya.

Mari kita berdoa bersama seorang pakar Alkitab dari Skotlandia William Barclay, “Tuhan Bapa kami, bantu kami melihat Kristus dengan lebih jelas, mengasihi Dia lebih penuh dan mengikuti Dia lebih dekat” hari demi hari

Seringkali secara tak terduga ada hal-hal sederhana yang berbicara banyak tentang Allah dan sesama tetapi justru bukan itu yang kita lihat. Perlu latihan terus menerus agar mempunyai kepekaan iman untuk melihat yang tak kelihatan; bahkan melihat karya Allah dalam hal yang mungkin kita tidak suka.

Salam hangat dari  Biara Novena Maria Bunda Selalu Menolong (MBSM), Kalembu Ngaa Bongga (KNB), Weetebula Sumba, Indonesia Selatan.

Related Post