Wed. Oct 30th, 2024
Pater Kimy Ndelo, CSsR

Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Dari Pulau Sumba, Indonesia Selatan

Berabad-abad sebelum Kristus, orang bijak India berdoa setiap pagi “Shanti Mantra” (“Mantra doa perdamaian”) yang diambil dari Brihadaranyaka Upanishads, disusun pada 700 SM, dalam bahasa Sansekerta.

Bunyinya demikian: “Dari kepalsuan bawa aku kepada kebenaran, dari kegelapan tuntun aku menuju terang, dari kefanaan tuntun aku menuju keabadian” (“Aasato Ma Sath Gamaya, Thamaso Ma Jyothir Gamaya, Mrtjyor Ma Amritham Gamaya”).

Tujuh ratus tahun kemudian Yesus bagaikan memberikan jawaban atas doa mereka melalui pernyataannya yang luar biasa: “Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup.”

Pengungkapan diri Yesus ini sesungguhnya diambil dari tiga dari konsep dasar agama Yahudi dan ketiganya menyatu di dalam diri-Nya. Ketiga konsep ini menemukan realisasi penuhnya dalam diri Yesus.

Sebagai JALAN, karena Yesus datang dan berasal dari Bapa; dari Dia kita tahu darimana kita berasal dan kemana kita akan pergi. Sebagai KEBENARAN, karena Yesus yang mengenal siapa ALLAH dan mengajarkan tentang ALLAH sebagai Bapa yang penuh kasih. Sebagai HIDUP, karena Yesus-lah jaminan hidup kekal bagi setiap orang; Dia mati tapi bangkit untuk kehidupan kekal.

Thomas A. Kempis, seorang mistikus terkenal merumuskannya dengan indah dalam bukunya “The Imitation of Christ”:
“Without the Way, there is no going. Without the Truth, there is no knowing. Without the Life, there is no living.” (Tanpa Jalan, tak ada kepergian. Tanpa Kebenaran, tak ada pengetahuan. Tanpa Hidup, tak ada kehidupan”.

Ini berarti bahwa dia sendiri adalah jalan yang paling pasti menuju Tuhan. Dia sendiri, Anak Allah dan Anak Manusia, yang memiliki semua otoritatas dan tanpa cela mengajarkan kepada kita kebenaran tentang Allah, dan dia sendiri yang dapat memberikan kehidupan Allah kepada kita.

Yesus Kristus yang kita kenal dari Injil tidak hanya menunjukkan jalannya kepada kita.

Hidup-Nya yang rendah hati dan pelayanan yang murah hati adalah jalan-Nya. Dia tidak hanya berfilsafat tentang konsep kebenaran melainkan Dia adalah Pewahyuan sempurna dari kebenaran tentang Tuhan yang memiliki cinta abadi dan tak terbatas untuk umat-Nya.

Dia bukan hanya seorang pengkhotbah janji-janji masa depan – Dia sendiri telah diangkat oleh Allah Bapa ke tempat Allah berada dari situ Dia mengundang kita semua.

Karl Barth sedang mengajar sekelompok mahasiswa di Universitas Princeton, New Jersey, Amerika Serikat. Seorang mahasiswa bertanya kepada teolog Jerman itu, “Pak, tidakkah menurut Anda Tuhan telah menyatakan diri-Nya dalam agama lain juga dan tidak hanya dalam agama Kristen?”

Jawaban Barth mengejutkan penonton. Dengan suara yang tenang tapi tegas dia menjawab, “Tidak, Tuhan tidak pernah menyatakan diri-Nya dalam agama apa pun, termasuk Kristen. Dia telah menyatakan diri-Nya di dalam Putra-Nya.”

Ya, hanya Yesus Kristus dan tidak ada yang lainnya.

Salam hangat dari Biara Novena Maria Bunda Selalu Menolong (MBSM), Kalembu Ngaa Bongga (KNB), Weetebula, Sumba, Indonesia Selatan

Related Post