Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Dari Pulau Sumba, Indonesia Selatan
Leonardo da Vinci (1452-1510), seorang seniman legendaris dari Italia, pada suatu ketika mulai melukis di atas kanvas besar di studionya.
Pada awal mula bekerja dia memilih subjek, merencanakan perspektif, membuat sketsa garis luar, memilih warna yang tepat.
Semua dilakukan dengan kejeniusannya yang tak ada bandingannya.
Pada suatu hari tiba-tiba dia berhenti bekerja. Dia memanggil salah satu muridnya yang berbakat dan sang guru memintanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Murid yang ketakutan memprotes, bahwa dia tidak layak dan tidak dapat menyelesaikan lukisan besar yang telah dimulai oleh gurunya.
Tapi Da Vinci membungkamnya. “Tidakkah apa yang telah aku lakukan akan menginspirasi Anda untuk melakukan yang terbaik?”
40 Hari
Hari ini kita merayakan Kenaikan Yesus ke Surga. Pesta Kelahiran (Natal) dan Kenaikan Yesus mempunyai kaitan yang sangat erat. Dalam kelahiran, Yesus yang mulia menjadi manusia biasa seperti kita. Dalam kenaikan, Yesus yang hidup seperti kita menjadi mulia seperti Allah. Dia yang berasal dari atas turun ke bumi dan sekarang dari bumi Dia naik ke atas.
Pesta Kenaikan Yesus ke surga terjadi 40 hari sesudah kebangkitan. Waktu 40 hari mengandung makna demi kepentingan para murid.
Selama waktu ini para murid mempunyai kesempatan menyaksikan Yesus yang bangkit, yang hidup dengan tubuh yang normal, tetapi dalam rupa yang mulia. Yesus yang bangkit tidak menghilang tetapi sungguh-sungguh nyata dan ada.
Peristiwa ini juga digambarkan detilnya secara berbeda oleh para penginjil. Dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul, peristiwa ini terjadi di Yerusalem. Dalam Injil Markus dan Mateus, kenaikan Yesus terjadi di Galilea.
Hal yang sama adalah bahwa kenaikan itu terjadi pada waktu tertentu, di atas gunung dan disaksikan banyak orang.
Rupanya, bagi para penginjil yang penting bukan akurasi waktu dan tempat secara historis. Yang penting bagi mereka adalah pesan yang ingin disampaikan oleh Yesus.
Pesan terakhir sesaat sebelum terangkat ke surga adalah sebuah perintah yang jelas: “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria, sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8).
Selain menjadi saksi, Yesus juga meminta kepada mereka untuk “menjadikan semua bangsa murid-Nya dan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19).
Dasar untuk menjadi saksi Kristus adalah bahwa Dia “telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” (Mat 28:18).
Kita tidak menjadi saksi untuk seorang manusia biasa, betapa pun hebatnya karya historisnya di bumi. Kita menjadi saksi atas seorang penguasa surga dan bumi, yang tidak lain adalah Allah sendiri.
Ketika Yesus meninggalkan dunia, misi-Nya di dunia ini belum selesai, bahkan baru mulai di sekitar Palestina, sebuah daerah kecil hampir seluas pulau Sumba. Sebuah karya besar telah dimulai dan harus dilanjutkan oleh murid-murid-Nya.
Menjadi orang Kristen berarti menjadi penerus karya Yesus; menjadi pewarta dan penginjil. Ada perbedaan antara berkhotbah dan mewartakan. Kita berkhotbah dengan kata-kata, tetapi kita mewartakan dengan hidup kita.
Tugas pewartaan dan penginjilan ini bukanlah pekerjaan yang gampang. Karena itu Yesus juga mengutus Roh Kudus untuk menyertai para murid-Nya; menginspirasi mereka sekaligus meneguhkan mereka dalam kesulitannya.
Mereka yang memahami arti perintah ini dan melaksanakannya adalah mereka yang berasal DARI ATAS dan akan kembali KE ATAS.
Sedangkan mereka yang tak bereaksi, mungkin memang BUKAN DARI ATAS.
Seruan Leonardo da Vinci kepada murid kesayangannya, bisa juga menjadi seruan Yesus kepada kita: “Tidakkah apa yang telah Aku lakukan akan menginspirasi Anda untuk melakukan yang terbaik?”
Salam Kenaikan Tuhan dari Biara Novena Maria Bunda Selalu Menolong (MBSM), Kalembu Nga’a Bongga (KNB),Weetebula, Sumba, Indonesia Selatan