Oleh Melkianus Asterius Bili, Mahasiswa Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik, Universitas Katolik Weetebula, Sumba, NTT
Amat pasti, semua orang tua menginginkan anaknya berprestasi. Dan prestasi ini tidak datang tiba-tiba. Ia harus diupayakan dengan sungguh-sungguh.
Prestasi merupakan hasil yang diperoleh siswa dalam belajar, baik prestasi akademik maupun non akademik. Satu hal wajib yang tidak boleh dilewatkan: untuk memperoleh prestasi, dibutuhkan motivasi belajar. Sebab, belajar yang sungguh-sungguh adalah proses untuk berprestasi. Dengan kata lain, motivasi belajar dan prestasi siswa ibarat saudara kembar.
Motivasi belajar sangat penting, karena merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar. Winkel (1983:73) mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, agar tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai.
Secara ideal, kesusksesan atau tujuan yang dikehendaki, bisa ditempuh ketika seseorang (siswa) tekun untuk melakukan sesuatu (belajar).
Dengan kata lain, kesuksesan dalam belajar, bisa di tempuh ketika seorang siswa tekun dan sungguh-sungguh untuk belajar.
Belajar yang sungguh-sungguh, memilki manfaat yang sangat penting bagi siswa, yaitu meningkatkan prestasi dan dapat memperoleh pengetahuan yang utuh dan menyeluruh. Siswa akan memperoleh pengetahuan yang banyak, dan tentunya pengetahuan itu, baik digunakan secara langsung maupun tidak langsung, ilmu itu tidak akan mubazir (sia-sia). Ilmu pasti akan berguna pada waktu yang tepat.
Pentingnya Motivasi
Motivasi belajar sangat berperan bagi siswa, di mana siswa tekun dan sungguh-sungguh dalam belajar untuk mencapai tujuan.
Namun, dalam kenyataan sehari-hari, terdapat banyak siswa, baik SD, SMP, maupun SMA yang kurang memiliki motivasi belajar yang baik. Sebagian siswa, belajar hanya karena terpaksa dan asal-asalan saja, tidak ada niat atau kemauan untuk belajar.
Contohnya, ketika pergi ke sekolah atau dalam menyelesaikan tugas dari guru, terdapat banyak siswa yang malas, acuh tak acuh, bahkan sama sekali tidak menyelesaikan tugas tersebut sebagai perwujudan dari tanggung jawabnya sebagai siswa.
Rasa malas merupakan sala satu hal paling hakiki yang menghambat seseorang (siswa) untuk melakukan sesuatu (belajar).
Contoh lain, ketika di sekolah, ada siswa yang hanya datang, duduk, diam dan pulang. Tidak perna aktif dalam kegiatan belajar. Hal ini yang mengakibatkan siswa tersebut tidak memperoleh hasil yang baik atau tidak memperoleh prestasi yang baik.
Salah satu prestasi adalah prestasi belajar (memperoleh nilai atau IPK yang baik) yang merupakan prestasi akademik. Prestasi akademik yang baik ditentukan oleh kekuatan belajar dari siswa. Siswa yang tekun belajar, akan memperoleh prestasi yang baik pula. Sedangkan siswa yang tidak tekun belajar, tidak akan memperoleh prestasi yang baik, karena motivasi untuk belajar sangat minim.
Rendahnya motivasi untuk belajar siswa sebagai penentu prestasi, karena siswa tersebut tidak memiliki kesadaran diri. Belajar merupakan suatu kebutuhan untuk mencapai kesuksesan dalam hidup ini.
Dengan mencapai kesuksesan, seorang siswa dapat memperoleh kebahagiaan untuk dirinya yang berawal dari proses belajar yang sungguh-sungguh. Kesadaran akan sesuatu yang berguna untuk masa depan itu adalah hal yang paling penting. Kesadaran dapat dicirikan ketika seseorang (siswa) melakukan sesuatu (belajar) secara tau, mau dan niat untuk melakukannya. Oleh sebab itu, perlu membangun kesadaran siswa dalam belajar, dimana hal ini berguna untuk masa depan.
Selain itu, terdapat juga faktor lain di luar diri siswa, yaitu Pertama, handphone android. Peserta didik/siswa cenderung atau menghabiskan banyak waktu untuk bermain handphone (HP), sehingga mereka mengesampingkan waktu untuk belajar.
Contohnya, mereka menghabiskan waktu untuk bermain game seperti salah satu yang paling tenar saat ini adalah free fire, bermain tiktok, bermain facebook dan masih banyak lagi. Hal ini tentu lebih menyenangkan bagi siswa dari pada belajar, sehingga menimbulkan kurangnya motivasi untuk belajar atau mempelajari hal-hal baru yang berguna untuk masa depan.
Kedua, lingkungan pergaulan. Memang, pergaulan adalah suatu kebutuhan seseorang sebagai perwujudan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Akan tetapi, perlu diketahui atau perlu memfilter mana yang baik dan mana yang buruk dalam membangun relasi dengan sesama. Pergaulan juga dapat mempengaruhi kurangnya motivasi belajar, dimana siswa, terlebih khusus para remaja, membangun relasi dengan teman akrab yang salah.
Artinya, membangun relasi dengan teman yang sama-sama tidak saling memberi motivasi untuk belajar, tidak ada saling mendorong antara satu sama lain untuk belajar, memiliki teman akrab yang tidak memiliki tujuan belajar yang jelas, hanya urus jalan-jalan, menghabiskan waktu untuk bermain handphone (HP) bersama, rokok, minum, nongkrong dimana-mana, tawuran dimana-mana dan lain-lain. Hal ini tentu saja dapat mengurangi motivasi untuk belajar, karena lebih asik dengan teman-teman. Selain dari pada itu, lingkungan pergaulan yang salah, juga dapat mempengaruhi karakter siswa.
Ketiga, lingkungan sekolah itu sendiri. Kurangnya ketersediaan sarana prasarana yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa serta tenaga pendidik yang kurang menyenangkan hati siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas. Misalnya, guru tidak memberikan pujian kepada siswa ketika menjawab suatu pertanyaan benar serta tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Hal ini membuat siswa pasif dan merasa kurang berarti di dalam kelas.
Generasi Berprestasi
Jika empat hal tersebut tidak diatasi, maka siswa akan melakukan hal-hal menurut versinya sendiri yang seharusnya tidak diinginkan dalam belajar sebagimana yang telah dikatakan di atas. Menciptakan generasi yang berprestasi, bukanlah hal yang mudah, melainkan perlu perjuangan yang serius, utuh, kokoh dan berkesinambungan lewat cara-cara membangkitkan motivasi belajar siswa.
Motivasi dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam mengembangkan motivasi belajar, hal-hal yang perlu dilakukan oleh siswa itu sendiri adalah pertama, membangun kesadaran dari dalam diri bahwa belajar itu sebagai suatu proses untuk mencapai kesuksesan.
Lihatlah ke masyarakat secara luas yang telah sukses, itu adalah hasil dari belajar yang sungguh-sungguh.
Kedua, Siswa perlu memilih teman yang tekun dalam belajar, agar sama-sama saling mendorong dan membantu dalam belajar.
Hal itulah yang perlu dilakukan oleh siswa itu sendiri sebagai subjek dalam belajar. Namun, perlu dukungan atau bantuan dari luar untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, agar lebih semangat dalam belajar.
Pertama, Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Misalnya, memberikan pujian kepada siswa yang telah menjawab pertanyaan dengan benar, sementara siswa yang tidak menjawab dikoreksi dengan baik, bukan langsung dimarahi, serta guru menggunakan metode yang tepat. Metode belajar sangat beragam, misalnya salah satu adalah metode tanya jawab.
Metode ini dapat membuat siswa merasa aktif dalam kelas, karena siswa sendiri yang akan menjawab suatu pertanyaan. Ketika siswa menjawab dengan benar dan dipuji oleh guru, maka disitulah motivasi belajar siswa semakin meningkat. Selain itu, guru memberikan hadiah kepada siswa yang telah berprestasi, agar terus belajar untuk meningkatkan prestasi tersebut.
Kedua, orang tua memberikan pemahaman akan pentingnya belajar kepada siswa. Orang tua juga bisa menceritakan pengalamannya sewaktu masi dalam tahap belajar sampai sukses, agar siswa atau anaknya lebih termotivasi dalam belajar untuk meraih kesuksesan.
Selian kedua hal ini, guru atau orang tua, bisa juga memberikan motivasi belajar kepada siswa berupa kata-kata. Contohnya, orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masi terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan.
Dengan melalui cara-cara tersebut di atas, siswa akan sungguh-sungguh dan tanpa asal-asalan untuk belajar. Dengan demikian, ketika ia tekun dalam belajar, maka ia akan memperoleh prestasi yang baik. Memperoleh prestasi yang baik, tentu akan membuat siswa, guru maupun orang tua merasa bangga dan bahagia. Tetap semangat dalam meraih prestasi.*