Oleh Anjela Putri Umbu Pati, Mahasiswa Semester IV Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik, Universitas Katolik Weetebula
Fungsi utama motivasi adalah memicu dan memacu. Dengan motivasi yang kuat dan baik, seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat dan baik akan berusaha malakukan yang terbaik untuk mencapai keberhasilan. Motivasi itu menggerakkan.
Sardiman (2010:75) mendefinisikan motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Bila dikaitkan dengan motivasi belajar, peserta didik akan mendapat hasil yang dinginkan dalam belajar, apabila dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar.
Namun kenyataannya, masih ada siswa motivasi belajarnya masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena tidak memiliki motivasi berprestasi. Ada yang belajar hanya karena terpaksa dan asal-asalan saja, tanpa adanya niat atau kemauan dalam diri untuk belajar. Contohnya: ketika mengerjakan tugas dari guru.
Ada siswa yang mengerjakan tugas bukan karena itu kebutuhan, tetapi karena takut dihukum guru. Selain itu, sebagian siswa merasa malas dan acuh tak acuh terhadap tugas yang telah diberikan guru. Paling parahnya, kebanyakan siswa mengerjakan dengan asal-asalan saja.
Contoh lain, ada beberapa siswa yang pasif dan merasa dirinya paling bodoh. Siswa yang mengalami ini bukan berarti dia bodoh, tetapi dia tidak memiliki motivasi belajar atau dorongan dalam diri. Dalam kata lain, dia malas untuk belajar dan tidak berusaha meningkatkan kemampuan dirinya.
Selain itu juga, motivasi belajar siswa rendah karena tidak mempunyai self regulation. Artinya, pengaturan diri yang baik. Siswa tidak mampu mengatur dirinya dengan baik dalam berbagai hal, termasuk dalam disiplin.
Siswa yang tidak disiplin tentu tidak teratur dalam belajar. Sekali pun ia belajar, cenderung asal-asalan.
Terakhir, karena kurangnya kesadaran akan pentingnya belajar.
Siswa yang malas belajar biasanya tidak memaknai kegiatan belajar. Jika hal demikian dibiarkan terus-menerus tentu akan berpengaruh pada prestasi siswa.
Self regulation pada tingkatan yang besar hendak mempunyai kontrol yang baik dalam menggapai tujuannya. Self regulation sangat penting bagi peserta didik. Dengan kata lain, self regulation dapat membantu peserta didik untuk secara aktif mampu mengatur tindakan, cara berpikir, dan motivasi dalam proses belajar untuk mencapai suatu keberhasilan di dalam belajar (Zimmerman, 200).
Mengatur Diri
Maka dari itu, peserta didik harus mampu mengatur dirinya dalam belajar. Ia perlu menerapkan Self regulation dalam self regulation learning. Hal ini mewajibkan peserta didik untuk fokus pada proses pengaturan diri dengan tujuan mendapatkan keahlian akademis.
Seorang yang mempunyai regulasi diri dalam belajar, mestinya mempunyai tujuan yang lebih tentu, menggunakan strategi tertentu, serta tidak berubah-ubah dalam sikap belajarnya.
Peserta didik yang menyadari, bertanggungjawab, serta mengenali metode belajar, sanggup mengendalikan belajar sehingga dia juga dapat memperoleh prestasi yang baik dalam meningkatkan motivasi belajar.