Surat Terbuka Tuan Kopong dari Philipina Untuk Pak Menag RI, Mas Menteri Pendidikan, DPRD Pare Pare:
Miris dan memprihatinkan! Dangkalnya beriman membuat sebagian orang bergama termasuk wakil rakyat yang seyogyanya mengayomi semua pihak dan semua agama menjadi pengkhianat bahkan pembunuh kecerdasan berbangsa dan bernegara termasuk kerukunan yang mereka ikhtiarkan.
Tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan anak-anak bangsa. Dan dalam rangka itu maka dibutuhkan sekolah yang menjadi tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Namun niat baik dan partisipasi masyarakat untuk mencerdaskan bangsa harus “mati” hanya karena rencana pembangunan sekolah berada di wilayah yang oleh para pelaku tindakan intoleran mayoritas Muslim.
Kerukunan macam apa yang mau dibanggakan seperti yang disuarakan jika kerukunan dan keharmonisan itu hanya mengikuti suara kaum mayoritas yang selalu menjadi senjata untuk menolak entah itu pembangunan rumah ibadah maupun pembangunan sekolah oleh kelompok yang kalian anggap minoritas?
Menolak pembangunan sekolah Kristen Gamaliel dengan alasan bahwa akan mengganggu kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama yang sudah berlangsung dan karena berada di wilayah mayoritas Muslim sama dengan mengatakan bahwa kerukunan dan keharmonisan itu harus mengikuti kemauan mayoritas Muslim. Lantas ini masih disebut kerukunan dan keharmonisan jika yang minoritas harus tunduk pada kekuatan mayoritas? (Bdk. Berita https://www.viva.co.id/edukasi/1645261-heboh-warga-dan-dprd-sepakat-tolak-pembangunan-sekolah-kristen-di-parepare).
Bahkan para wakil rakyat (DPRD) yang diharapkan untuk bisa menampung dan mencerna aspirasi seluruh masyarakat, kelompok dan agama justru bertindak diskriminatif dengan mengatasnamakan kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama.
Para wakil rakyat sedang mempertontonkan diri mereka sebagai pelaku tindak intoleran terhadap rencana pembangunan sekolah Kristen Gamaliel karena hanya menerima dan mendengarkan keluhan bahkan tekanan dari kelompok yang menolak tanpa mau mendengarkan suara dan aspirasi dari pihak Yayasan Gamaliel. Demi menenangkan hati para pelaku tindakan intoleran namun mengorbankan pihak lain yang hendak berpartisipasi dalam mencerdaskan bangsa dan negara. Lantas ini yang disebut kerukunan dan keharmonisan?
Kerukunan dan keharmonisan dengan melakukan tindakan intoleran dan diskriminatif yang dibanggakan? Ilusi, semu dan munafik! Ketakutan yang lahir dari rasa iri membuat kalian menjadi buta tuli dalam beriman. Ketakutan yang tidak beralasan atas kehadiran lembaga pendidikan Kristen Gamaliel adalah sebuah ketakutan yang lahir dari kedangkalan beriman dan bergama lantas mencederai dan membunuh cita-cita mulia pihak lain dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia melalui lembaga pendidikan.
Para wakil rakyat (DPRD) Pare Pare dengan tegas dan jelas sedang mengkampanyekan diri mereka sebagai wakil kaum intoleran dan bukan sebagai wakil rakyat yang seharusnya bisa memperjuangkan hak setiap warga negara yang berada di wilayahnya dan bukannya membela kepentingan segelintir orang dan kelompok serta mengorbankan kepentingan dan hak orang dan kelompok lain.
Hentikan segala pikiran mayoritas dan minoritas! Karena Indonesia ini milik semua yang lahir di rahimnya. Kalau terus menerus mengklaim diri sebagai mayoritas namun kualitas hidup beriman dan bergama tak selaras dengan ajaran agamamu maka anda, kalian sedang membunuh kerukunan dan keharmonisan yang kalian gaungkan.
Lawan kaum intoleran atas nama alasan apapun! Karena dengan alasan kerukunan dan keharmonisan lantas menolak kehadiran kelompok agama lain sebagaimana yang dialami oleh Yayasan Kristen Gamaliel maka sejatinya itu adalah Intoleran!