Oleh Pater Kimy Ndelo CSsR, Salam dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba
Seorang ibu menemui Pastor dan mengeluh: “Saya dengar khotbah dari kelompok lain mengatakan, Yesus tidak mati dan bangkit tapi diturunkan dari salib oleh murid-muridnya lalu diobati kembali sehingga sehat. Jadi percaya Yesus itu sia-sia. Bagaimana menurut Pastor?”
Pastor menjawab: “Seandainya bisa, panggil orang itu. Pikulkan salib padanya, pukul dia dengan cambuk berduri, lalu paku pada salib selama 6 jam di terik matahari, tikam lambungnya dengan tombak, lalu masukkan dia dalam makam tanpa udara selama 36 jam. Kemudian kita lihat apa yang terjadi.”
Vigili Paskah atau Malam Paskah adalah perayaan paling meriah dalam liturgi Katolik. Tak ada duanya. Perayaan ini dibuat di antara “Sunset Sabtu” dan “Sunrise Minggu”. Ini merupakan pengembangan dari Passover (Paskah) Yahudi yang terjadi pada malam menjelang hari pembebasan dari Mesir.
Simbol yang paling menonjol dalam perayaan ini adalah cahaya. Kematian disimbolkan dengan kegelapan, sedangkan Cahaya adalah simbol kebangkitan atau kehidupan. Pada malam ini kematian telah dikalahkan oleh kebangkitan Yesus. Kuasa kegelapan dikalahkan oleh cahaya kebangkitan.
Kebangkitan Yesus bukan terutama soal fakta yang terjadi sekali 2.000-an tahun yang lalu. Kitab Suci juga tidak cukup menjelaskan secara ilmiah fakta kebangkitan itu. Tiap Injil pun punya versi yang berbeda-beda. Tak ada saksi mata yang melihat proses kebangkitan Yesus.
Satu-satunya yang sama dalam kisah kebangkitan Yesus adalah bahwa para wanita yang pergi ke makam Yesus menemukan bahwa makam telah kosong. Setelahnya yang terjadi adalah pengalaman pribadi dan keyakinan akan kebenaran bahwa Yesus bangkit.
Keyakinan ini tentu menimbulkan ketegangan dan pertentangan. Bahkan penolakan dan penganiayaan. Tak sedikit martir yang berkorban untuk keyakinan ini.
Keyakinan sekelompok murid Yesus yang menghabiskan sisa hidupnya untuk pergi mewartakan Yesus bangkit ke mana-mana, adalah fakta kebangkitan yang sesungguhnya. Orang-orang yang menemukan kekuatan dan keberanian untuk meyakinkan orang lain bahwa Yesus hidup dan bahwa Yesus terus hadir dalam kehidupan kita saat ini adalah bukti kebangkitan itu sendiri.
Kita menjadi Kristen bukan terutama karena percaya akan fakta yang terjadi 2000-an tahun yang lalu. Kita menjadi Kristen karena percaya bahwa Yesus hidup dan akan terus melakukan karya keselamatannya sampai saat ini. Bahkan Dia melakukan untuk diri kita sendiri.
Setiap orang yang digerakkan, baik sadar maupun tidak, untuk melakukan semua perintah dan kehendak Yesus adalah bukti kebangkitan itu sendiri. Setiap peristiwa yang diilhami oleh ajaran dan kata-kata Yesus adalah bukti kebangkitan di masa kini.
Seorang pastor Katolik, yang juga seorang rahib, Pastor Basil Pennington, suatu kali mengikuti retret dengan seorang guru agama Zen. Dalam pembicaraan pribadi dengan sang guru, dalam senyuman yang lebar penuh kehangatan sang guru Zen berkata: “Saya suka agama Kristen. Tapi saya tidak suka agama Kristen tanpa kebangkitan. Saya ingin melihat kebangkitanmu”.
Kita adalah orang-orang Kristen. Kita adalah orang-orang yang bangkit bersama Kristus. Tunjukkanlah arti kebangkitan itu dalam dirimu supaya orang lain pun bisa percaya.