JAKARTA-Tepat pada ulang tahunnya yang ke-100-nya 15 Mei 2024, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) meresmikan dan memberkati Gedung Baru KWI di Jl. Cut Mutiah No 10, Menteng Jakarta Pusat. Gedung berlantai delapan yang Ketua KWI Uskup Antonius Bunjamin sebut “Balai” ini menempati tempat gedung lama yang diruntuhkan beberapa tahun lalu.
Gedung ini diresmikan oleh Nunsius Apostolik Mgr Peiro Pioppo yang ditandai dengan pembukaan tirai prasasti, dan pemberkatan prasasti di lantai 1 oleh Kardinal Julius Darmaadmadja SJ disaksikan oleh para uskup dan imam dan sejumlah umat awam.
Misa pemberkatan dipersembahkan secara konselebrasi oleh 13 orang uskup di Hall Henry Soetio di lantai 8 dengan konselebran utama Kardinal Ignatius Suharyo.
Misa berlangsung meriah diiringi koor para seminaris dari Seminari Wacana Bakti dari tarian-tarian yang dipersembahkan oleh para penari cilik.
Ketua KWI Mgr Antonius Subianto Bunjamin dalam homili dan sambutannya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi untuk pembangunan gedung tersebut.
Secara khusus Uskup Bandung itu menyampaikan terima kasih kepada sejumlah pihak. Kepada mereka kemudian diberikan piagam penghargaan pada acara ramah tamah setelah Misa pemberkatan.
Makna Sinodalitas
Lebih lanjut, Uskup Anton menegaskan bahwa sinodalitas adalah kesadaran dan gerakan berjalan bersama.
Bagi paus Fransiskus katanya, sinodalitas merupakan elemen konstitutif gereja. Tanpa semangat berjalan bersama, tidak ada gereja yang sesungguhnya.
Menurut Paus tambah Uskup Anton, sinodalitas mutlak untuk membangkitkan semangat bersama, semangat misioner dan ekumenis umat Allah menuju kesatuan murid-murid Kristus. Sinodalitas membuka ruang bagi terwujudnya kesatuan dalam keberagaman.
“Yesus menghendaki agar manusia menjadi satu, hidup rukun dan damai. Maka Yesus berdoa kepada Bapa agar Bapa memelihara para murid-Nya menjadi satu. Jadikanlah mereka satu,” ungkap Uskup Anto mengutip paus Fransiskus.
Uskup Anton juga mengingatkan bahwa dalam kebersamaan para Uskup memiliki otoritas penuh di bawah Bapa Suci pengganti Rasul Petrus. Kebersamaan dalam KWI tidak mengganggu otonomi para uskup, justru mendorong para uskup bersinergi satu sama lain untuk menyemangati pelayanan sakramental, memperkaya semangat.
Komunitas Pengharapan
Uskup Anton mengatakan, saat ini terdapat banyak persoalan yang memprihatinkan, tapi KWI tetap berjalan, tetap tumbuh sebagai komunitas pengharapan, yang memberikan harapan kepada umat dan masyarakat untuk memegang teguh apa yang Tuhan inginkan dan kehendaki pada umat-Nya.
“Dan semoga KWI menjadi komunitas yang memberi harapan dan tanda kehadiran kasih bagi siapa pun sebagaimana didoakan dalam doa kecil 100 tahun KWI, terutama bagi mereka yang kecil, lemah, tersingkir dan difabel. Mudah-mudahan dengan begitu Konferensi Waligereja Indonesia, para uskup menjadi daya yang menghimpun agar umat dengan sukarela dan sukacita berjalan bersama membangun gereja. Menjadi kekuatan perekat yang menyatukan semua elemen Masyarakat untuk membangun bangsa. Dalam usia 100 tahun ini KWI terus dipanggil untuk menjadi model bagi gereja yang makin mengindonesia, mewujudkan 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia dan 100 persen sinodal yang mampu dan mau berjalan dengan siapa pun yang berkehendak baik untuk membangun gereja dan bangsa,” pungkas uskup yang murah senyum dan enerjik ini. (Emanuel Dapa Loka)