Sun. Sep 8th, 2024

Pastor Anselmus Haloho OFM Cap ”Menapaki Jalan Sederhana ke Surga Berkendara Motor”

Selamat pulang ke Rumah Bapa, Romo Anselmus Haloho OFM Cap (Foto: Pius Adrian/Komsos Santa Clara).

Beberapa foto dan video pendek menyelinap masuk ke grup WA Prodiakon Santa Clara, Bekasi Utara pada Kamis pagi (07.03), dikirimkan oleh Pitalis Haloho. Salah satu Prodiakon di Gereja Santa Clara ini mengabarkan bahwa beberapa anggota keluarga dan seorang bruder sedang menemani Romo Anselmus Haloho OFM Cap (69) yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Pematangsiantar. Foto-foto dan video singkat tersebut disertai caption ”Bapak Ibu, detik-detik menunggu kehendak Tuhan”. Pitalis juga memohon doa untuk Abangnya yang menderita sakit beberapa tahun terakhir ini.

Dan benar saja, itulah penemanan terakhir keluarga bagi anak keempat dari sepuluh bersaudara itu dalam menjalani masa-masa melawan beberapa penyakit yang menyerang tubuhnya. Dalam iringan doa dan getaran hati penuh cinta keluarga, Romo Ansel, demikian ia biasa disapa mengembuskan napas terakhirnya pada 20 Juni 2024, pukul 09.45.

Romo Ansel bersama keluarga adiknya Pitalis Haloho. (ist)

Kepergian imam kelahiran Desa Haranggaol, Stasi Haragaol, Paroki Seribudolok, 16 April 1955 itu membawa rasa kehilangan yang mendalam bagi keluarga, persaudaraan Capusin dan umat.

Imam yang cerdas, tegas dan berpenampilan tenang itu semasa hidupnya selalu sederhana dan bicara terus terang. Dia juga tergolong imam yang hemat bicara.

Di antara keluarga dan umat, imam tahbisan 3 Agustus 1983 itu dikenal sebagai sosok yang pandai bernyanyi, juga menguasai beberapa bahasa. Dia acap berkhotbah dalam bahasa-bahasa itu; antara lain Bahasa Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Bahasa Vietnam, Bahasa Tagalog, dan Bahasa Inggris.

Di antara keluarga, Romo Ansel dikenal sebagai sosok yang sangat peduli terhadap kesatuan dan keutuhan keluarga. Seperti dijelaskan Pitalis, ”Romo  berusaha agar kuburan oppung kami  dibangun, dan kuburan mama bapa kami digali agar tulang belulang disatukan dalam tugu peringatan. Romo berpesan agar saya dan kedua adik saya meneruskan pembangunan makam orang tua yang dia gagas itu. Dan saat pembangunan makam itu selesai,  hidup dia di bumi ini selesai pada Kamis kemarin (20/),” jelas Pitalis melalui pesan WA kepada tempusdei.id.

Pitalis mengalungkan stola kepada Romo Ansel.

Auditor Keuangan yang Andal

Romo Ansel juga dikenal sebagai seorang yang ahli di bidang Program IT, khususnya program komputer untuk mengaudit keuangan  badan usaha milik ordonya dan Keuskupan Agung Medan. Bberapa ordo juga meminta jasanya untuk melakukan audit. Di bidang ini Rasnius Pasaribu, salah satu umat di gereja Santa Clara memberi apresiasi.

”Romo Ansel seorang yang jenius, teliti dan pekerja yang sangat serius, terutama dalam bidang financial. Dia memiliki karakter yang teguh, kerja yang tersistem. Homilinya selalu menarik dan update dengan situasi saat ini. Dan banyak membuka paroki dan stasi baru di KAM. Termasuk membuka komunitas kapusin di Vietnam,” kata Rasnius

Hal senada dikatakan oleh salah satu Anggota Dewan Paroki Santa Clara Joe Bosco Situmorang. ”Romo Ansel sangat peduli bagi sesama, terlebih yang membutuhkan. Sangat cepat memberi dan mengambil keputusan bagi sesama yang membutuhkan terlebih dalam bencana,” kata Bosco.

Lebih lanjut, ayah dari satu anak ini menyebut Romo Ansel sangat fokus dalam penggunaan dana gereja. ”Sangat membantu kita agar tetap fokus pada penggunaan dana dengan benar dan selalu jujur dalam pemanfaatannya. Romo sangat transparan dalam pembukuan,” tambah Bosco

Sebagai biarawan yang mengikrarkan tri kaul kebiaraan, Romo Ansel berusaha menjalani tri kaul itu. Dia dikenal sebagai anggota ordo yang sederhana dan dekat dengan umat. Dia tidak mau menggunakan sepatu, hanya menggunakan sandal. Dia juga tidak mau menggunakan mobil. Sudah merasa cukup menggunakan sepeda motor saat berkunjung ke stasi atau lingkungan.

Selamat pulang, Abangku. Beristirahatlah dalam Damai karena kerahiman Tuhan.

”Dari  kesederhanaan dan kedekatannya dengan umat, banyak anak muda yang mau masuk seminari, sehingga dari stasi kami  ada sekitar 14 orang jadi imam, dan ada sekitar 20-an suster,” kata Pitalis Haloho.

Romo Ansel pernah berkarya di Gereja Santa Clara, Bekasi Utara selama tujuh tahun (Agustus 2016 – 31 Desember 2022).

Kalaulah Romo Ansel memahami tapak-tapak hidup dan pelayanannya sebagai ”jalan sederhana” menuju Surga, maka oleh karena kemurahan Tuhan dan berbekal ”jalan sederhana” itu, Romo Ansel kini pulang ke rumah Bapa berkendara ”sepeda motor khusus” seperti yang biasa ia gunakan saat mengunjungi umatnya di stasi atau lingkungan.

Selamat pulang ke rumah Bapa di Surga, Romo Ansel. Dialah yang memberi, maka Dia pulalah yang mengambilmu dari antara kami. Selamat bersiram di mata air  surgawi di bawah kemilau cahaya abadi. (EDL)

 

Related Post