”Hodie mihi cras tibi – hari ini saya, esok giliranmu”. Ungkapan ini Florentinus Subroto Widjojo remaja atau yang biasa dipanggil Broto temukan dalam pelajaran Bahasa Latin ketika belajar di Seminari Menengah Mertoyudan. Ungkapan tersebut tersua dalam kisah tentang Alexander Agung. Dikisahkan, satuan tentara Alexander menemukan sebuah “mosuleum”, yakni suatu bangunan seperti kuil, tempat penguburan. Pada bangunan kuburan itu, tertulis kalimat emas ”Hodie mihi cras tibi”.
Ungkapan tersebut aku Romo Subroto suatu saat, tertanam kuat dalam hati dan pikirannya. Selanjutnya dia berusaha memaknai melalui hidup dan karya. Romo Broto memaknai tidak hanya dalam kaitan dengan kematian, tapi dalam karya dan pelayanan. Dia memahami setiap saat yang terbentang di hadapannya sebagai kesempatan atau giliran untuk berbuat.
Kini Romo Broto, setelah perjalanan panjang kehidupan dan laku (1939-2024), sudah sampai pada ”gilirannya”. Imam Yesuit berusia 85 tahun itu menyudahi perjalannya pada 22 Juni 2024, pukul 03.00 WIB di Wisma Emmaus, Girosonta, Jawa Tengah. Dia mengembuskan napas terakhirnya karena sakit dan usia lanjut.
Tahun lalu, tepatnya pada Jumat, 27 Oktober 2023, mantan Pemimpin Redaksi Majalah Hidup itu berpamitan dengan Komunitas Karismatik Katolik di Keuskupan Agung Jakarta untuk pindah ke rumah peristirahatan biarawan sepuh Yesuit.
Selain sejumlah karyawan kantor-kantor sekitar, dalam Misa pukul 12.00 WIB di Gedung Shekinah itu tampak hadir sejumlah pengurus Perhimpunan Shekinah Bina Insani (PSBI), Pengurus Badan Pelayanan Keuskupan Pembaruan Karimatik Katolik Keuskupan Agung Jakarta (BPK PKK KAJ) harian, Pengurus Sekolah Evangelisasi Pribadi (SEP) Harian dan karyawan/karyawati Shekinah. Dalam kurun waktu 2003-2011, Romo Broto adalah moderator BPK PKK KAJ.
Selamat pulang ke rumah Bapa di Surga. Kini tiba “giliranmu” menikmati tempat yang disediakan Tuhanmu Yesus yang engkau abdi seumur hidupmu. Beristrahatlah dalam Damai Abadi karena kerahiman Tuhan. (EDL)