Sun. Sep 8th, 2024

Pater Kimy Ndelo CSsR, Salam dan doa dari  Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba, NTT

Sebuah novel berjudul Jonathan Livingston Seagull, memuat satu kalimat indah yang kemudian menjadi lirik lagu yang terkenal:

“Jika anda mencintai sesuatu, lepaskanlah itu. Jika setelah anda melepaskannya tetapi kembali kepada anda, lalu anda akan tahu bahwa itu memang milik anda. Jika setelah melepaskannya lalu tidak kembali kepada anda, tahulah anda bahwa memang itu bukan milikmu.”.

Di balik lirik ini kita bisa melihat cara Tuhan bekerja dengan kita untuk membantu kita. Dia membebaskan kita. Dia tidak memaksa kita dengan bantuan-Nya. Dia menyediakannya bagi kita tetapi memberi kita kebebasan menggunakannya atau tidak.

Tuhan tidak memperlakukan kita sebagai boneka. Dia memperlakukan kita sebagai partner. Dengan kata lain, semua sumber hidup yang biasa kita butuhkan tersedia bagi kita. Terserah kita menggunakannya atau tidak.

Itulah sesungguhnya ruang bagi iman yang mengasihi dan membebaskan.

Kisah Injil hari, tentang anak Yairus yang sakit lalu meninggal dan wanita yang sakit pendarahan mempunyai paralel yang menarik. Anak itu berumur 12 tahun, dan wanita tua sakit selama 12 tahun. Keduanya disapa oleh Yesus “anakku” (daughter), dan membutuhkan penyembuhan fisik. Ayah anak itu dan wanita itu dipuji oleh Yesus karena iman mereka. Dan dua kisah ini menunjukkan kuasa Yesus atas penyakit dan kematian.

Dua kisah Injil ini menjadi gambaran nyata bagaimana seharusnya menyikapi bantuan Tuhan. Ayah anak itu pergi memanggil Yesus untuk menyembuhkan anaknya. Kata-kata penguatan Yesus yang sangat terkenal “Jangan takut. Percayalah”. (Mrk 5,38). Dan itu menjadi kenyataan; bukan hanya sembuh dari sakit tapi hidup lagi dari kematian.

Kisah Injil tentang wanita yang sakit pendarahan alur dasar yang sama. Wanita itu tahu bahwa Yesus mampu menyembuhkannya. Dia tahu Yesus mempunyai kuasa. Tapi dia tidak duduk diam menanti di tempat. Dia pergi mendekati Yesus dalam kerumunan massa. Dia bersusah payah menembus khalayak ramai.

Menyentuh Yesus dalam keadaan ”tidak bersih” dapat merupakan pelanggaran agama. Orang yang disentuh akan menjadi najis. Merasa bahwa ada orang menyentuhnya, Yesus pun bertanya. Pengakuan wanita dalam ketakutan mendapatkan respon tak terduga dari Yesus. “Anakku, imanmu telah menyelamatkan engkau” (Mrk 5:34).

Sebutan “anakku” mempunyai arti tersendiri. Wanita itu diselamatkan dari bahaya pelanggaran. Dia dianggap bagian dari keluarga oleh Yesus sendiri.

Kepercayaannya pada kuasa Yesus mendatangkan dua berkat sekaligus. Mendapatkan penyembuhan dan menjadi bagian dari keluarga Yesus sendiri.

Iman yang tulus dan penuh keyakinan menghasilkan apa yang diharapkan bahkan lebih dari itu.

“Faith is seeing light with your heart when all your eyes see is darkness.

Iman berarti melihat cahaya dengan hati ketika semua yang dilihat matamu adalah kegelapan”.

Jangan pernah kehilngan arah karena kegelapan hidup selama hati kita masih bisa melihat jalan kemana kita pergi. Karena berjalan dengan tuntunan mata hati kadang lebih jelas daripada tuntunan mata kepala kita. Dengan mata hati kita bisa menjumpai dan melihat Yesus yang tak terlihat.

Related Post