Mon. Sep 16th, 2024

Potret Perjuangan Umat Beriman Saat Sangat Banyak Imam Diasingkan oleh Rezim Nikaragua

Diktator Daniel Ortega

Setidaknya 97 imam Katolik telah dipaksa meninggalkan Nikaragua sejak 2018, sehingga situasi yang sudah sulit menjadi jauh lebih buruk.

Gereja Katolik di Nikaragua telah hancur karena penganiayaan, dengan 40% imam di Keuskupan Matagalpa telah meninggal dunia atau dipaksa meninggalkan negara itu sejak 2018. Hal ini telah menyebabkan banyak paroki kehilangan imam dan telah melemahkan kemampuan Gereja untuk melayani umatnya.

Penganiayaan terhadap Gereja merupakan bagian dari tindakan keras yang lebih luas terhadap perbedaan pendapat oleh rezim Ortega-Murillo.

Dalam beberapa tahun terakhir, rezim tersebut telah memenjarakan puluhan imam, uskup, dan pemimpin agama lainnya. Rezim tersebut juga telah menyita properti Gereja dan membatasi kemampuan Gereja untuk beroperasi secara bebas.

Dalam pernyataan kepada Confidencial, Carlos Adolfo Zeledón Montenegro, imam yang diasingkan, menggambarkan situasi tersebut sebagai “menghancurkan.” Ia mengatakan bahwa hilangnya para imam telah “melemahkan kehidupan pastoral” dan telah mempersulit Gereja untuk menyediakan layanan dasar bagi umat parokinya.

Tim CSI Mosaico telah memverifikasi bahwa setidaknya 97 imam telah dipaksa meninggalkan Nikaragua sejak 2018. Ada juga setidaknya 13 imam yang telah meninggal sejak tahun itu.

Ini berarti bahwa total kehilangan imam adalah 110, yang setara dengan 20% dari total imam pada tahun 2020.

Keuskupan Matagalpa telah menjadi yang paling terpukul oleh penganiayaan, dengan 25 dari 60 imamnya dipaksa meninggalkan tempat tersebut. Ini hampir 42% dari imam Keuskupan tersebut.

Selain para imam yang dipaksa meninggalkan tempat tersebut, ada juga empat imam yang meninggal, dua yang telah meninggalkan negara itu untuk belajar, dan satu yang meninggalkan imamat sepenuhnya.

Pengasingan para imam telah memberikan dampak yang menghancurkan bagi Gereja di Nikaragua. Situasinya sangat sulit di daerah pedesaan, di mana jumlah imam lebih sedikit. Banyak umat Katolik merasa putus asa dan kecewa dengan situasi ini. Mereka khawatir tentang masa depan Gereja di Nikaragua dan bertanya-tanya apakah Gereja akan dapat pulih dari penganiayaan ini. (Aleteia)

Related Post