Wed. Oct 16th, 2024

Mengenang Hidup dan Karya Romo Mangun di Unika Atma Jaya Jakarta

Mengenang 25 tahun wafatnya Romo Mangun.

JAKARTA-Untuk mengenang hidup dan karya Romo YB Mangunwijaya (6 Mei 1929 – 10 Februari 1999), Panitia Peringatan 25 Tahun Wafat Romo Mangun dan beberapa pendukung acara akan acara menyelenggarakan misa, talk show, dan pameran karya-karya mendiang pada 23 Oktober 2024 di Unika Atma Jaya, Jakarta.

Misa akan dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta Kardinal Suharyo. Sebelum Misa Kardinal akan memberikan refleksi menyangkut Romo Mangun. Sedangkan talk show akan menghadirkan Romo Mudji Sutrisno SJ, budayawan Mohammad Sobari dan Inayah Wahid.

Di mata Romo Mudji, Romo Mangun adalah guru bangsa yang mendidik dengan keteladanan konkret. Dalam dan melalui sastra misalnya, kata Romo Mudji, ia sudah mencintai Indonesia.

Kata Mudji, melalui karya sastra, Romo Mangun mengajak orang menjadi manusia yang bermartabat dengan model Seta Dewa dan Larasati dalam Burung-burung Manyar.

Dalam novel tersebut kata pengajar STF Driyarkara Jakarta ini esensi negara itu tampak, yakni keberanian Manyar yang merombak sarangnya  untuk disusun lagi.

Lanjut Mudji, Romo Mangun mengajarkan revolusi watak dan mental dari daulat tuanku ke daulat rakyat. Rakyatlah yang  berdaulat. Pembentukan watak dan mental itu dijalani dengan proses pendidikan, pembiasaan dari hati yang peduli atau tepa salira, bukan penataran.

Lebih lanjut kata penulis buku Sunyi Yang Berbisik (2020) ini, Romo Mangun adalah pendidik yang humanis,  yang selalu memihak pada yang kalah, terlunta, miskin.

Masih menurut Romo Mudji, Romo Mangun  berkarya dari fakta dan data dibarengi kreativitas. Ia menunjuk Sendang Sono, Sekolah-sekolah Mangunan sebagai contoh.

”Jadi, Mangun mengajak  belajar untuk hidup dulu, belajar bergaul manusiawi dulu sebelum berjubah atau pakai embel-embel jabatan lan,” kata penulis buku Estetika, Filsafat dan Keindahan ini. (EDL)

Related Post