SEMARANG-Universitas Negeri Semarang atau UNNES menganugerahkan gelar Doktor Kehormatan atau Honoris Causa bidang Manajeman Mutu (Branding) kepada pengusaha jamu Irwan Hidayat.
Penganugerahan gelar tersebut berlangsung di Auditorium UNNES pada 13 November setelah Irwan membawakan Orasi Ilmiahnya berjudul The Story of Tolakangin, dari Indonesia untuk Dunia; Model Manajemen Branding Berbasis Nilai.
Mengawali orasinya, Irwan mengakui bahwa forum tersebut merupakan forum paling berharga dan terhormat baginya sepanjang perjalanan hidupnya selama 77 tahun.
”Betapa tidak? Baru setelah saya menjalani ’Masa perkuliahan selama 108 semester’ di kampus bernama ”Universitas Sidomuncul”, sebuah Perguruan Tinggi, yakni Universitas Negeri Semarang atau UNNES menganugerahkan sebuah gelar ’Istimewa’ kepada saya”.
Pada bagian lain orasinya, Irwan menyampaikan jejak perjalanan yang ia lalui. Jejak ini ia sebut penuh dengan kegembiraan, harapan, kecemasan dan optimisme.
Keberhasilan Sidomuncul katanya, selain karena kekuatan teladan orang tuanya kepada Irwan dan saudara-saudara untuk kompak dan saling mengalah, juga karena adalah penyertaan invisible hand.
Kerja Sia-sia
Irwan juga mengaku bahwa pada tentang waktu 1969-1985, dia bekerja dan menerapkan strategi yang sia-sia. Hal ini terjadi jelasnya, karena pada waktu itu dia hanya meniru berbagai hal yang telah dilakukan oleh beberapa perusahaan jamu yang telah lebih dahulu besar.
”Beruntung saya ’siuman’ dan menyadari bahwa kalau saya hanya meniru, selamanya saya akan jadi follower, dan tidak bisa lebih dari yang saya tiru. Tidak mungkin menyalib,” ungkapnya.
Dia lalu membuat lompatan dan strategi baru. Irwan merancang strategi baru untuk membuat Sidomuncul lebih baik dari pabrik farmasi, tidak sekadar meniru pabrik farmasi.
Dia juga ”menerawang” jauh ke depan, bahwa segala sesuatu di masa datang akan sangat berbeda. Pendidikan konsumen pasti lebih baik karena Indonesia akan lebih maju, pendapatan per kapita akan lebih tinggi, hidup lebih makmur, teknologi akan berkembang sedemikian rupa dan canggih.
Dia berpikir, produk farmasi adalah produk yang dibuat dari bahan kimia dan dilakukan uji klinis. Sedang jamu dibuat dari herbal berdasarkan empiris, pengalaman para peminum.
”Saya berpikir untuk membuat produk jamu yang ada uji klinisnya. Secara logika saya, jika terhadap produk jamu yang aman, dilakukan uji klinis, maka akan lebih hebat. Juga akan lebih aman, dan pasti kemanjurannya,” ungkapnya.
Ia sangat yakin bahwa idenya menjadikan Sidomuncul lebih baik dari Farmasi adalah ide yang benar, walau belum bisa dilaksanakan karena situasi yang belum memungkinkan.
Terbukti kemudian, setelah melalui proses ilmiah panjang, pabrik jamunya menjadi pabrik berstandar farmasi yang melalui uji klinis dan uji kasiat.
Lantas, apa alasan UNNES memberikan penghargaan kepada Irwan? Prof Dr Faturahman ketika membacakan Laudatio atau semacam ”Pertanggungjawaban” Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa Bidang Ilmu Manajemen Mutu (Branding) kepada pria berusia 77 tahun itu.
Dikatakan, UNNES memiliki Program Doktoral dengan akreditasi A atau unggul sehingga layak memberikan gelar doktor Honoris Causa.
Melalui proses akademis, UNNES menilai ”Sebagai pribadi, promovendus memiliki rekam jejak yang baik dan konsisten dalam mendorong inovasi berkelanjutan dalam manajemen dan kepemimpinan korporasi melalui perjalanan panjang dalam profesi dengan kompetensi yang layak mendapatkan penghargaan akademik.”
Dikatakan pula, hingga saat ini, promovendus dinilai telah memberikan sumbangan keilmuan melalui dua jurnal bereputasi internasional Scopus dan Sinta yang telah memperoleh Letter of Admission/ Acceptence atau LOA. Kedua artikel ilmiah tersebut diakui memiliki relevansi dengan ilmu kedokteran dan inovasi dalam penerapan standart farmasi modern.
Rektor UNNES Prof Dr S. Martono berharap Irwan terus konsisten dalam ilmu pengetahuan dan bisnis sehingga memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa. (tD)