Mon. Nov 25th, 2024

Sr. Maria Arnoldine, PRR Rayakan Sekaligus Dua Hari Amat Penting itu di Surga

Selamat pulang Sr. Maria Arnoldine PRR. Bahagia bersama para Kudus di Surga Mulia. (EDL)

Angin bertiup mencandai sabana puitik Hambapraing, Sumba Timur, lalu menyapu pepohonan bidara, yang sesungguhnya enggan tumbuh akibat disergap matahari garang pemangggang punggung sabana bermahkota karang dan ilalang kerontang.

Tapi siapa sangka, angin laut dari sisi kanan jalan itu bertiup menyeberang lalu menyampaikan kabar terindah kepada seorang gadis bernama Margaretha Mbali Atajua, buah cinta Arnoldus Muki Lelatana dan Petronela Paji Jera.

Angin itu menyelinap ke dalam hati, jiwa dan pikiran diri gadis kelahiran Waingapu, Kota Seribu Hinggi pada 22 September 1977, membawa tawaran untuk merintis sebuah jalan hidup baru. Rambu Margaretha pun terpesona kabar itu lalu dengan berani mengayun langkah serius mengikuti Sang Pemilik Kabar.

Rambu Margaretha dengan restu kedua orang tua dan ketiga adiknya melangkah masuk ke gerbang istana cinta, dengan Sang Anak Manusia yang lahir dari Perawan  Suci Maria sebagai Kepala istananya.

Ya, Rambu Margaretha mantap sebaris dengan para wanita berkerudung Kongregasi Putri Reinha Rosari atau PRR untuk menjadi biarawati yang mau membaktikan seluruh hidupnya kepada Tuhan.

Gadis Margaretha Mbali Atajua diterima masuk menjadi Postulan PRR pada tahun 1996 di rumah Postulat Kuwu Ruteng. Dan 16 Juli 1997 ia diterima masuk novisiat dengan nama baru Suster Maria Arnoldine.

Sr. Maria Arnoldine PRR mendengarkan suara yang memanggil di Padang Sabana Sumba (ist)

Nama Arnoldine, tentu saja diambil dari nama ayahnya yang berlindung pada Santo Arnoldus. Ada harapan bergelora di sana bahwa Santa Maria dan Santo Arnoldus akan menemani suster yang dikenal oleh teman-temannya suka bicara ceplas-ceplos itu.

Pada masa pembinaan ini, Suster Maria Arnoldine sudah mulai alami sakit. Dari pemeriksaan medis, dia didiagnosa menderita sakit jantung. Namun semangat menjadi seorang Biarawati Putri Reinha Rosari tetap menggebu dalam hatinya. Walau sakit, Suster Arnoldine berjuang menjalani masa awal panggilannya dengan bahagia.

Setelah menjalani 2 tahun masa novisiat, Suster diterima mengikrarkan Kaul Pertama dalam Kongregasi ini pada tanggal 29 Juli 1999. Dia diutus pertama kali ke medan kerasulan di komunitas Piling Bali dengan tugas sebagai perawat pembantu.

Dari Bali, komunitas Piling, tahun 2001 Suster diutus ke komunitas Ave Bintang Laut, Perak Surabaya untuk belajar di IKIP Madiun jurusan Bahasa Inggris. Pada tahun 2008, tanggal 8 Desember bersama ke 16 Suster, Suster Arnoldine mengikrarkan kaul Kekal di Lebao bersama 16 teman angkatan

Suster berpindah ke Rumah Induk Lebao pada ahun 2011, dengan tugas tetap mengajar di rumah Pembinaan Riangkamie dan menjadi guru bahasa Inggris bagi anak anak usia dini di TKK Anfrida, Sarotari.

Dengan kondisi kesehatan jantung yang bermasalah, Suster tetap semangat menjalani panggilan dan tugas perutusannya. Dalam kondisi ini Kongregasi tetap memperhatikan kebutuhan Suster untuk cek kesehatan jantung dan berobat.

Pada tanggal 2 juli 2013, oleh Kongregasi Suster diutus ke Komunitas Surabaya dengan tugas sebagai Pemimpin komunitas dan Guru Bimbingan Konseling pada SDK Santo Mikhael Surabaya. Di komunitas ini, Suster semakin rutin berobat dan meminta izin untuk mengontrol kesehatan jantungnya.

Dari Surabaya, Kongregasi memindahkan dan mengutus Suster ke tanah Kelahiran Pendiri Kongregasi di Ailomea Lahurus dengan tugas sebagai wakil Pemimpin komunitas dan guru bahasa Inggris pada SMA Mgr. Gabriel Manek, SVD.

Keputusan Kongregasi memindahkan dan mengutus Suster ke komunitas Syuradiakara Ende, Provinsi NUSRA pada tanggal 2 Juli 2017, dengan tugas sebagai Ibu Asrama Puteri dan guru bahasa Inggris pada SMAK Syuradikara Ende mendatangkan kegembiraan besar bagi anak sulung ini.

Kegembiraan itu terbukti dari sharing dan ungkapan hati kepada teman-teman seangkatannya. Dengan lugas dia ungkapkan, ”Di komunitas Syuradikara Ende inilah saya merasa paling bahagia, karena berada di tengah anak-anak muda yang membuat hati gembira dan tetap semangat”.

Keceriaan anak anak muda yang polos memberinya daya baru untuk berjuang dan melupakan penderitaannya. Kegembiraan itu tak berlangsung lama. Demi ketaatan kepada perutusan Kongregasi, Suster rela dipindahkan dari Ende, Provinsi Nusra dan di utus ke Provinsi Indonesia Barat komunitas Bigung Melapeh, Kalimantan Timur.

Tak berlangsung lama, 6 bulan mengabdikan diri di komunitas ini, sebagai Guru Bahasa Inggris pada SD dan SMP milik Kongregasi di bawah Yayasan Maria Protegente, kondisi kesehatan Suster Arnoldine mulai menurun.

Misa requiem di Rumah Duka Sint Carolus, Jakarta.

Rayakan Dua Pesta di Surga

Dalam harapan yang membahagiakan hatinya sebagai seorang suster Putri Reinha Rosari, Suster Arnpldine rindu berkumpul bersama teman-teman angkatannya untuk berefleksi dan merayakan kasih setia Tuhan yang telah menyertai panggilan hidupnya selama 25 tahun dalam syukur pesta perak hidup membiara pada 1 Juli 2024.

Namun rancangan itu tak sesuai rancangan Tuhan baginya. Suster Maria Amoldine, akhimya merayakan bahagia Setia Kasih Tuhan itu di ranjang perawatannya ditemani sesama Suster dan keluarga yang setia mendampinginya.

Seperti dijelaskan Mama Petronela di samping peti jenazah anaknya itu di Rumah Duka RS Sint Carolus, sebenarnya keluarga sudah merencanakan perayaan khusus untuk ”Pesta Perak” Suster dalam meniti hidup membiara, dan hendak disatukan dengan ”Pesta Emas Hidup Perkawinan” kedua orang tuanya. Rencana tersebut tertunda sampai kesehatan Suster memungkinkan.

Namun, apa boleh buat. Suster berpulang pada 19 November 2024, pukul 16. 15 WIB sebelum perayaan yang tertunda itu terlaksana. Rupanya dia ingin merayakan sekaligus kedua peristiwa amat penting itu bersama para malaikat dan orang kudus.

Pada tanggal 21 Mei 2024, Suster ke Jakarta dan selanjutnya menjalani pemeriksaan lengkap, pengobatan dan perawatan di beberapa Rumah Sakit di Jakarta. Dari hasil laboratorium dan diagnosa Dokter, Suster menderita sakit cancer pada ovarium stadium akhir.

Suster sempat menjalani operasi pada Juni 2024 dan harus dikemoterapi sebanyak 6 kali. Namun oleh karena kondisinya yang lemah, Suster Arnoldine hanya sanggup menjalani sebanyak 1 kali kemo.

Ditemani Mama dan Adik, di tengah para Susternya di komunitas Prokur Misi Jakarta, Suster menjalani hari-hari perawatannya.

Suster sungguh yakin, dan percaya bahwa waktu dan akhir peziarahannya di dunia ini akan segera berakhir. Katanya, “saya sudah pasrah”. Dan Tuhan tahu, pulang ke rumah Pencipta yang telah dia abdi adalah yang terbaik Suster Maria Arnoldine.

Ketika para Suster Medior Kongregasi berkumpul di Ailomea Lahurus, tempat kelahiran Pendiri, Hamba Allah Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek untuk pertemuan tahunan Kongregasi, Suster Maria Amoldine, kekasih Allah itu mengembuskan napas terakhirnya Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta pada 19 November 2024, pukul 16.15 WIB.

Suster Maria Arnoldine telah pulang ke rumah Bapa. Sakit yang meringkus dirinya sudah selesai. Dan kini bersama para kudus, Suster sudah menikmati kehidupan penuh sukacita di Istana Abadi, Parai Marapu kekal. (PRR/EDL)

Related Post