Oleh Benyamin Mali, Katekis dan Dosen Unika Atma Jaya Jakarta
Seorang pegawai Kantor Kementerian Agama Kabupaten Belu, Atambua, Timor, NTT bernama Marcello M. Saya tidak tahu persis singkatan M itu kepanjangannya apa. Jangan-jangan sama dengan M-nya saya?! Bisa berabe!
Beliau menulis sebuah artikel di facebook yang cukup menggelitik berjudul “Masih Adakah Kesetiaan???”. Hanya ada dua tanda tanya (??) di belakang judul itu. Saya sengaja tambahkan satu lagi tanda tanya (?) supaya terkesan “keramat”, karena katanya “Kesetiaan itu teramat keramat!”.
Setia – Kesetiaan erat berkait dengan goda – menggoda – godaan. Bagaikan dua sisi dari satu mata uang yang sama, keduanya mewarnai hidup anak-anak Adam dan Hawa di setiap abad dan zaman.
Yang satu “membangun, mengukuhkan, mempersatukan, melegakan hati”, sedangkan yang lain “menjatuhkan, melemahkan, memilukan dan memalukan, mencerai-beraikan, meluluhlantakkan, dan menghancur-leburkan hingga berkeping-keping tak karu-karuan”.
Karena kesetiaan adalah nilai yang selalu dikejar untuk dimiliki, maka kesetiaan itu menjadi cita-cita-cita kehidupan anak-anak Adam dan Hawa. Namun saking ”keramat”-nya, betapa ”kesetiaan” itu menjadi barang mahal yang sulit ditemukan.
Sementara godaan, karena hakikatnya bukan-nilai, maka ia tidak (perlu) dikejar, tidak (perlu) dicari, tidak juga (perlu) diundang hadir dalam kehidupan anak-anak manusia, meskipun dia tanpa malu-malu datang sendiri tanpa diundang, menyelinap masuk melalui mata, telinga, dan mulut, lalu ke hati, pikiran dan perasaan, hingga membuat anak-anak manusia tergelepar-gelepar, lalu bisu dan tuli, hingga hilang kesadaran akan kesetiaan sebagai cita-cita.
Kata Ibrani “Emeth” yang searti dengan kata Latin “Veritas” sekarang diterjemahkan dengan kata “Fidelitas” (kesetiaan). Kata ini mengungkapkan suatu pengertian tentang TUHAN, yang bagi orang Ibrani (Yahudi) berarti hidup atau mati.
Hidup orang Yahudi, seluruh keberadaan orang Yahudi, berakar pada kesetiaan Yahwe (Allah). Tanpa kesetiaan Tuhan pada janji-Nya kepada Abraham, mereka sebagai turunan Abraham sangat mungkin tidak akan terbebas dari cengkeraman Firaun di Mesir.
Orang Yahudi percaya akan Yahwe, karena mereka yakin seyakin-yakinnya bahwa Yahwe tidak akan pernah meninggalkan mereka. Itulah “Emeth”… “Veritas” … “Fidelitas”.
Maka bila “Goda” mendekat, ingatlah “Yahwe”, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang kelahiran-Nya sedang kita nantikan tak lama lagi….!