Fri. Jan 3rd, 2025

Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Salam Tahun Baru dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba

“Maria Bunda Allah” atau Theotokos adalah gelar yang diresmikan pertama kali oleh para Bapa Gereja pada Konsili Ekumenis di Efesus tahun 431.

Gelar ini merupakan reaksi terhadap ajaran Nestorius, Patriark Konstantinopel yang menyebarkan ajaran bahwa Maria hanyalah Bunda pribadi manusiawi Kristus (Christotokos).

Gelar yang terakhir ini mempunyai konsekuensi bahwa kepribadian manusiawi Yesus terpisah dari kepribadian ilahi. Jelas hal inilah yang dianggap sebagai ajaran sesat oleh Para Bapa Gereja saat itu.

Dengan konsep Theotokos (Bunda Allah) maka dengan sendirinya diakui bahwa dalam pribadi Kristus, kemanusiaan dan keilahian merupakan satu kesatuan sebab yang dikandung oleh Bunda Maria, adalah Yesus manusia sekaligus ilahi.

Penting untuk dipahami secara benar: dengan mengatakan Maria Bunda Allah, tidak berarti Allah mempunyai ibu, sebagaimana logika bahasa harian kita. Dengan ini mau dikatakan bahwa Yesus yang dikandung dan dilahirkan Maria, bukan hanya seorang anak manusia tetapi juga adalah pribadi ilahi yang datang dari Allah sendiri.

Pilihan Allah terhadap Bunda Maria dan kesediaan Maria menjadi bunda Yesus, menjadi alasan utama mengapa orang Kristen (Katolik dan Ortodoks) menghormati Maria.

Allah sudah terlebih dahulu mengangkat martabat Maria dan merupakan kewajiban setiap pengikut Kristus untuk mendukung dan menghidupi penghormatan Allah ini. Jika Allah saja memilih Maria dan mengangkatnya, apa alasan kita untuk menolak dia?

Awal tahun, tepatnya 1 Januari, dipilih Gereja sebagai hari yang dipersembahkan khusus untuk Bunda Maria. Ini bukan tanpa alasan.

Maria adalah simbol dimulainya hidup baru dalam relasi manusia dengan Allah melalui Yesus Kristus. Maria membuka pintu gerbang keselamatan dengan menyediakan dirinya secara sukarela. Maria berani mengambil keputusan untuk menjawab “Ya” terhadap rencana agung Allah untuk dunia.

Maria adalah yang pertama dari segala wanita bahkan manusia pada umumnya yang memutus rantai dosa yang diawali oleh Hawa, ciptaan pertama bersama Adam.

Setiap orang beriman yang ingin memutus rantai dosa dalam hidupnya, harus berada pada jalan dan sikap yang sama dengan Bunda Maria; mengatakan “Ya” sekaligus menghidupi jawaban “Ya” itu dalam keseharian.

Maria menerima Yesus maka setiap orang beriman pun harus bisa menerima Yesus dengan segala konsekwensinya. Menjawab “Ya” mungkin mudah tetapi menjalani dengan konsekuen itu tidak mudah.

Karena itu perlu juga berdoa memohon bantuan Bunda Maria supaya bersama Maria kita tetap setia pada jalan dan rancangan Allah.

Doa rosario adalah senjata utama kesetiaan dan ketekunan.

Tiga Kodok

Seorang anak bercerita tentang tiga ekor kodok yang berada di tepi sungai. Yang seekor mengambi keputusan untuk melompat ke dalam air. Dia bertanya; “Berapa ekor kodok yang masih tinggal di tepi sungai?”

Temannya menjawab; “Sisa dua ekor”. “Salah”, katanya. Yang seekor lagi menjawab; “Tidak ada lagi yang tersisa. Karena ketika yang satu melompat, yang lain pun ikut melompat”. “Salah juga”, katanya. Kedua temannya bingung mana yang benar.

“Yang tersisa tetap tiga ekor. Karena yang satu baru mengambil keputusan tapi belum melompat”, jawabnya sambil tersenyum.

Dalam hidup kita sering mengambil keputusan. Tapi setelah satu tahun tidak terjadi apa-apa, karena tidak berani memulai suatu tindakan. Butuh keputusan di awal tahun, tapi selanjutnya adalah tindakan. Tanpa tindakan, semua keputusan akan sia-sia.

SELAMAT TAHUN BARU 2025

Related Post