![](https://www.tempusdei.id/wp-content/uploads/2024/12/TEMPUS-1.jpg)
BEKASI-Dalam rekoleksi Pengurus Ikatan Keluarga Katolik Sumatera Utara (IKKSU) pada 8 Februari 2025 di Gedung Karya Pastoral Santa Clara, Bekasi Utara, hadir salah satu penasihat IKKSU Prof. Adrianus Meliala.
Pada kesempatan ini, Adrianus menyampaikan tujuh catatan seputar makna penting kehadiran dan pengembangan IKKSU.
Bagi anggota Komisi Kerasulan Awam KWI ini, pengembangan IKKSU harus bermakna bagi warganya dan bagi Gereja serta kampung halaman sebagaimana menjadi tagline dari organisasi yang diprakarsai oleh keluarga Amiruddin dan Fransisca Br. Nasution bersama keluarga Bruderan St. Aloysius pada tahun 1955 ini.
Berikut ketujuh alasan Adrianus Meliala yang dimaksud. Pertama, Adrianus memandang, saat ini, ketimpangan sumberdaya bukannya mengecil, malah menjadi-jadi. Dan hal serupa juga terjadi dan terlihat di kawasan konsentrasi umat Gereja Katolik Lokal di Sumatera Utara.
Menurutnya, untuk situasi tersebut, Keluarga Katolik Sumut di Jabodetabek bisa menjadi sumber dan sandaran kapital ketika keuskupan dan paroki setempat hendak membangun, merenovasi atau akan mengadakan kegiatan.
Kedua, potensi kapital Keluarga Katolik Sumut di Jabodetabek perlu diarahkan dan dikoordinasikan. Organisasi IKKSU bisa mengelola agar tidak terjadi semacam kompetisi atau persaingan antar pihak-pihak yang membutuhkan dana.
Adrianus mengingatkan, tidak jarang Keluarga Katolik Sumut kedatangan proposal sumbangan dana sekaligus dari berbagai paroki. Juga sudah ada kasus “Proposal bodong” alias penipuan. Sumbangan-sumbangan tersebut juga relatif tidak diketahui pemanfaatannya karena tidak ada laporan pertanggungjawaban apalagi hasil audit.
Ketiga, Organisasi IKKSU perlu terlibat dalam kegiatan usaha yang produktif sehingga mampu memiliki asset, atau minimal, pemberi akses ekonomi bagi Keluarga-Keluarga Katolik Sumut.
Menurutnya, IKKSU bisa menjadi sumber dana alternatif, pemberi akses ataupun pengetahuan bagi Keluarga Katolik Sumut untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masing-masing.
Ada semacam kewajiban dan kerinduan mendukung Gereja Lokal berkejaran dengan kebutuhan finansial Keluarga Katolik di lingkungan, wilayah, paroki atau minimal, di lingkungan IKKSU masing-masing
Keempat, selain aspek ekonomi, organisasi IKKSU yang rapi tergelar dan aktif adalah mitra Gereja Katolik Indonesia dalam rangka melakukan aneka pelayanan pastoral secara aligned atau rapi.
Jelasnya, guna menjangkau umat yang semakin beragam, baik secara demografi, minat dan gaya hidupnya, gereja dikenal memiliki berbagai cara dan metode. Dan organisasi primordial keagamaan seperti IKKSU berpotensi menyentuh Keluarga Katolik Sumut secara lebih menarik dan pas.
![](https://www.tempusdei.id/wp-content/uploads/2025/02/IKKSU-Ketua-dan-Sekjen-IKKSU.jpg)
Kelima, Organisasi IKKSU yang aktif mendukung pelayanan pastoral dan sekaligus berorientasi usaha produktif adalah social and cultural gathering yang baru bagi Keluarga Katolik Sumut Diaspora.
Menurutnya, setelah sehari-hari bertransformasi dalam kehidupan sosial yang plural, yang keras, tidak egaliter serta feodal, maka kesempatan bertemu dengan sesama Keluarga Katolik Sumut dalam balutan budaya tradisional, adalah hal yang positif.
”Jika bertemu tanpa konteks pastoral dan produktif, hanya akan menjadi arena gunjing-menggunjing yang tidak sehat,” ujarnya.
Keenam, sebagai wadah social and cultural gathering, IKKSU perlu membantu menahan pergeseran demografi dan perubahan sosial yang tidak kondusif secara Katolik maupun secara Budaya Batak.
Adrianus memandang, kecenderungan pindah agama, menikah tidak sesuku, menikah namun tanpa anak, pergeseran preferensi seksual, rendahnya etika dan attitude orang muda, orientasi materialistik yang mengarah pada korupsi, terpapar narkoba/alkohol/judi, adalah permasalahan yang juga hidup di tengah-tengah Keluarga Katolik Sumut.
Ketujuh, perlu meng-upscale IKKSU Jabodetabek ke tingkat nasional harus dan hanya bertujuan untuk memberi akses bagi Keluarga-Keluarga Katolik Sumut se-Indonesia guna lebih terlibat dalam kegiatan pastoral di tingkat nasional dan tingkat Sumut.
”Motif pengembangan IKKSU yang longgar akan mudah disimpangkan menjadi wadah bagi kegiatan politik, kegiatan komersial, minimal untuk kepentingan relasi pribadi para aktivisnya saja,” pungkas kriminolog UI ini. (tD)