
Dari rumah sakit, Paus Fransiskus tetap menemani umatnya melalui renungan-renungannya. Pada hari Rabu (19/3) mengatakan, keraguan dan ketidakpastian bukanlah alasan untuk takut bagi mereka yang mencari bimbingan Yesus sepanjang perjalanan hidup.
Dalam katekese tentang “Yesus Harapan Kita,” yang diterbitkan selama masa-masa perawatannya di rumah sakit, Bapa Suci merenungkan perjumpaan Nikodemus dengan Putra Allah dalam Injil St. Yohanes.
“Nikodemus pergi menemui Yesus di malam hari: Ini adalah waktu yang tidak biasa untuk sebuah pertemuan,” ungkap Paus.
“Sebelum berpaling kepada Yesus untuk mendapatkan jawaban, Nikodemus merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak lagi berfungsi dalam hidupnya,” jelas Paus dalam katekesenya.
”Dia merasa perlu untuk berubah, tetapi dia tidak tahu harus mulai dari mana,” lanjutnya. “Hal ini terjadi pada kita semua di beberapa tahap kehidupan,” tambanya lagi.
Menekankan perlunya membuka diri dan menerima perubahan, Paus berusia 88 tahun itu mengatakan Nikodemus adalah contoh seorang pria yang menerima cahaya iman dan “dilahirkan kembali.”
“Perubahan terkadang membuat kita takut,” kata Bapa Suci. “Di satu sisi mereka menarik kita, terkadang kita menginginkannya, tetapi di sisi lain kita lebih suka tetap merasa nyaman.”
Dengan memilih untuk menerima perubahan dan mengatasi kebiasaan serta cara berpikir yang tidak fleksibel, Paus mengatakan orang-orang dapat menemukan cara baru untuk mencintai orang lain.
“Roh Kudus mendorong kita untuk menghadapi ketakutan-ketakutan ini,” tambahnya.
Meskipun Nikodemus adalah “seorang guru Israel,” Paus mencatat bahwa ia perlu mempercayai otoritas Yesus dan memperdalam pengetahuannya tentang Kitab Suci.
“Nikodemus mampu melakukannya: Pada akhirnya ia akan menjadi salah satu dari mereka yang pergi kepada Pilatus untuk meminta tubuh Yesus (lih. Yoh 19:39)!” katanya.
“Nikodemus akhirnya menemukan cahaya, dia terlahir kembali, dan dia tidak perlu lagi bermalam,” lanjutnya.
Berdoa agar semua orang memiliki kemampuan untuk menghadapi ketakutan dan keraguan mereka serta menjadi bebas, Paus menyimpulkan: “Di dalam Dia kita menemukan harapan untuk membuat perubahan dalam hidup kita dan dilahirkan kembali. (tD/Ale)
