
Injil-injil tidak banyak berkisah tentang Santo Yusuf dan kehidupannya yang suci sebagai suami Bunda Maria dan ayah angkat/duniawi Yesus. Namun perannya dalam sejarah keselamatan sangat luar biasa.
Figur ”ayah” yang dikemukakan Yesus dalam perumamaan tentang Anak yang Hilang (Lukas 15:11-32), oleh para ahli Kitab Suci dikatakan sebagai terinspirasi dari figur Santo Yusuf, yang menurut pengalaman Yesus mencerminkan cinta Allah akan manusia berdosa.
Oleh sebab itu, sudah sepantas dan selayaknya, hari raya Santo Yosef yang dirayakan Gereja semesta pada tanggal 19 Maret merupakan kesempatan indah bagi para ayah untuk merenungkan kehidupan Santo Yosef yang suci.
Kisah hidup Yosef mencerminkan imannya yang dalam. Kerendahan hati dan pengabdiannya yang luar biasa sudah sepantasnya menginspirasi para ayah dalam menghayati peran kita dalam keluarga.
Satu hal lain tentang Santo Yosef yang patut kita sadari ialah bahwa di luar kebajikan hidupnya yang sangat mengesankan itu, ia juga seorang ayah biasa seperti kebanyakan ayah.
Yosef adalah seorang ayah yang penuh perhatian dan pengertian, yang penyayang , seorang pekerja keras, dan pelindung keluarga. Ingat misalnya kisah pengungsian ke Mesir karena Herodes Agung hendak membunuh Yesus, Sang Raja Yahudi yang baru lahir (Matius 2:13-23) dan kisah Santo Yosef dan Bunda Maria mencari Yesus di Yerusalem (Lukas 2:40-52).
Dari kisah-kisah Injil yang tidak banyak bicara tentang kehidupan Santo Yosef itu, kita dapat menangkap contoh-contoh praktis tentang apa artinya merawat dan menjaga keluarga setiap hari.
Di bawah ini, dikemukakan lima cara berbeda yang dilakukan Santo Yosef seperti ayah lainnya — dan mengapa hal itu menjadikan dia teladan bagi kita semua.
Pertama, Ia adalah Pemberi Nafkah dan Rezeki Sehari-hari
Sebagai seorang tukang kayu yang terampil, Santo Yosef bekerja keras untuk menyediakan makanan di atas meja dan menyediakan rumah yang stabil bagi Maria dan Yesus. Baik saat membuat perabot atau memperbaiki bangunan, kerja kerasnya memastikan bahwa Keluarga Kudus memiliki yang mereka butuhkan.
Komitmennya terhadap suatu pekerjaan mengingatkan kita bahwa menjadi pemberi nafkah yang baik berarti dedikasi dan kerja praktis — bahkan di tengah tantangan hidup.
Kedua, Ia Melindungi Keluarganya
Yusuf bukan sekadar pemberi nafkah. Dia adalah pelindung. Ketika bahaya mengancam — dari ancaman dekrit Herodes hingga bahaya perjalanan pada zaman dahulu — Yusuf maju untuk melindungi Maria dan Yesus.
Tindakannya yang tegas, seperti mengikuti petunjuk ilahi untuk melarikan diri ke Mesir, menunjukkan bahwa terkadang tindakan kepedulian yang paling sederhana adalah tindakan yang paling heroik. Dalam banyak hal, naluri perlindungannya sama dengan yang kita lihat pada ayah-ayah yang mengutamakan keselamatan keluarga mereka setiap hari.
Ketiga, Ia Mengajar melalui Teladan
Meskipun Injil tidak banyak bicara tentang Santo Yosef dan menunjukkan bahwa ia banyak berbicara, namun kehidupannya sehari-hari berbicara banyak dan lantang.
Ia memimpin melalui teladan — menunjukkan integritas, kerendahan hati, dan ketekunan.
Dengan menekuni pekerjaannya dalam keheningan dan menjalankan tanggung jawabnya tanpa gembar-gembor, ia diam-diam mengajarkan kepada Yesus nilai-nilai kerja keras dan hidup jujur.
Di sini perilaku hidup Santo Yoesf sehari-hari mengingatkan kita bahwa tindakan sering kali lebih bermakna dan lantang berbicara daripada banyak berkata-kata. Keteladanan hidup berbicara lebih lantang daripada banyak ceramah.
Keempat, Ia Mendukung dan Mendengarkan
Dukungan Santo Yosef untuk Maria selama masa-masa yang tidak pasti dan penuh tantangan — menerima Maria yang sudah mengandung sebagai istrinya — menyoroti peran Santo Yosef sebagai mitra yang dapat diandalkan.
Ia mendengarkan bimbingan ilahi dan bertindak berdasarkan bimbingan itu tanpa ragu-ragu, menunjukkan bahwa cinta dan dukungan sejati terkadang berarti melangkah masuk dengan keberanian ke hal-hal yang tidak diketahui.
Kualitas yang membumi ini menjadikan Santo Yosef model bagi para ayah modern yang berusaha menjadi mitra dan pelindung dalam keluarga mereka.
Kelima, Ia Hidup dengan Rendah Hati dan Otentik
Di atas segalanya, kerendahan hati dan keaslian Santo Yosef membuatnya mudah dipahami. Ia tidak mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri tetapi bekerja dengan mantap di belakang layar, merawat keluarganya dengan cara-cara praktis sehari-hari.
Kehidupannya yang sederhana dan jujur mengingatkan kita bahwa kebesaran sering kali datang dalam bentuk pengabdian sehari-hari dan bahwa tindakan kecil dan penuh kasih dari seorang orang tua dapat memiliki dampak yang bertahan lama.
Marilah merenungkan figur Santo Yosef dan belajar menjadi seorang ayah yang baik bagi keluarga. Buang jauh-jauh semua sifat buruk agar kita dapat tampil sebagai ayah yang baik.
Diolah oleh Benyamin Mali dari “5 Ways St. Joseph was also a regular dad” dari https://aleteia.org
