Thu. Mar 27th, 2025

12 Tanda dari Tuhan Yesus kepada Santo Padre Pio tentang Akhir Dunia

Yesus dan Santo Padre Pio

Bila kita bicara tentang ”Akhir zaman”, kita bicara apa yang akan terjadi dengan kita dan dunia ini ketika Yesus datang kembali untuk kedua kalinya.

Teologi tentang ”Akhir zaman” disebut “eskatologi” (Yunani: éskhatos berarti akhir) dan logos berarti studi. Artinya kajian ilmiah berdasarkan Kitab Suci mengenai hal-hal akhir dunia dan manusia yang merujuk pada kedatangan Yesus yang kedua, pada kematian, akhirat, penghakiman, surga, dan neraka, pada takdir akhir dari jiwa manusia dan tatanan ciptaan.

Alkitab bercerita tentang cerita kehidupan pada periode waktu sebelum kedatangan Kristus kembali ke bumi. Banyak bagian Alkitab yang samar-samar atau simbolis.

Tanpa mengurangi rasa hormat akan segala ajaran teologis yang ”Rumit” tentang akhir zaman, menurut saya, cukuplah kiranya kita, orang beriman berpegang teguh penuh iman pada: Pertama,  janji Tuhan Yesus dalam Injil Matius 28:20—”…dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Kedua, rumusan ajaran iman dalam Syahadat Para Rasul: “Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang Kudus,  persekutuan para Kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal.”

Atau rumusan iman dalam Syahadat Panjang Konsili Nicea-Konstatinopel: “Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa….dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang Tunggal…Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati, kerajaan-Nya takkan berakhir … Aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin.”

Namun demikian, baik juga rasanya, kita mengetahui pesan Yesus yang disampaikan kepada hamba-Nya yang kudus, Santo  Padre Pio, di bawah ini.

Karunia Istimewa

Tidak banyak orang tahu bahwa di antara sekian banyak karunia yang dimiliki oleh Padre Pio, ada satu yang sangat istimewa, yaitu karunia bernubuat. Dalam karunia ini, Tuhan Yesus Kristus sendiri yang berkomunikasi dengannya. Dalam sebuah surat tahun 1959 yang ditujukan kepada atasannya, Padre Pio menceritakan wahyu yang Yesus berikan kepadanya tentang akhir dunia.

Surat yang dikaitkan dengan Padre Pio cukup panjang dan penuh dengan pesan. Di sini, hanya akan dikemukakan suatu kutipan dengan 12 pesan yang diambil dari buku karya Renzo Baschera “I grandi profeti”.

Pertama, dunia sedang berjalan dalam kehancuran. Manusia telah meninggalkan jalan yang benar untuk menempuh jalan yang berakhir di padang gurun kekerasan … Jika mereka tidak minum dari sumber kerendahan hati, kasih, dan cinta, itu akan menjadi malapetaka.

Kedua, hal-hal yang mengerikan akan datang. Saya tidak bisa lagi menjadi perantara bagi manusia. Kesalehan ilahi akan segera berakhir. Manusia diciptakan untuk mencintai kehidupan, tetapi akhirnya menghancurkan kehidupan.

Ketiga,  ketika dunia dipercayakan untuk manusia, dunia adalah sebuah taman. Namun manusia telah mengubahnya menjadi atmosfer yang penuh racun. Tidak ada yang dapat memurnikan rumah manusia. Pekerjaan yang mendalam diperlukan, yang hanya dapat datang dari surga.

Keempat, bersiaplah untuk menjalani tiga hari dalam kegelapan total. Tiga hari ini sudah sangat dekat.Dan pada hari-hari ini mereka akan tetap mati tanpa makan atau minum. Kemudian cahaya akan kembali. Tetapi banyak orang tidak akan melihatnya lagi.

Kelima, banyak orang akan melarikan diri dengan ketakutan. Dunia akan berlari tanpa tujuan. Mereka akan mengatakan bahwa ada keselamatan di timur dan orang-orang akan berlari ke timur, tetapi dunia akan jatuh di tebing. Mereka akan mengatakan bahwa di barat ada keselamatan dan orang-orang akan berlari ke barat, tetapi mereka akan jatuh ke dalam tungku api.

Keenam, bumi akan bergetar dan kepanikan hebat akan terjadi. Bumi sakit. Gempa bumi akan menjadi seperti ular: mereka akan merasakannya merayap di mana-mana. Dan banyak batu akan jatuh. Dan banyak orang akan binasa.

Ketujuh, kalian seperti semut, karena akan tiba saatnya manusia akan mengalihkan pandangan mereka demi sepotong roti. Bisnis akan dijarah, gudang akan diserbu dan dihancurkan. Miskinlah orang yang pada hari-hari gelap itu tidak memiliki lilin, tidak memiliki kendi air, dan tidak memiliki apa yang dibutuhkan selama tiga bulan.

Kedelapan, suatu negeri akan lenyap, negeri yang luas. Suatu negara akan terhapus selamanya dari peta geografis. Dan bersamanya sejarah, kekayaan, dan manusia akan terseret ke dalam lumpur.

Kesembilan, cinta manusia terhadap manusia telah menjadi kata-kata kosong. Bagaimana Anda bisa mengharapkan Yesus untuk mencintai Anda, jika Anda bahkan tidak mencintai mereka yang makan di meja Anda sendiri? Murka Tuhan tidak akan diredakan oleh manusia yang berilmu, tetapi manusia yang berhati.

Kesepuluh, saya putus asa. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan agar manusia bertobat. Jika Anda terus berada di jalan ini, murka Tuhan yang dahsyat akan dilepaskan seperti petir yang dahsyat.

Kesebelas, sebuah meteorit akan jatuh ke bumi dan semuanya akan bersinar. Ini akan menjadi bencana, jauh lebih buruk daripada perang. Banyak hal akan dibatalkan. Dan ini akan menjadi salah satu tandanya.

Kedua belas, manusia akan mengalami kejadian-kejadian yang tragis. Banyak yang akan tenggelam oleh sungai, banyak yang akan terbakar oleh api, banyak yang akan terkubur oleh racun. Tetapi Aku akan tetap dekat dengan mereka yang berhati murni.

Berpegang Teguh pada Janji Kristus

Pesan-pesan di atas menyampaikan suatu gambaran yang konkret tentang apa yang akan terjadi pada akhir zaman. Dan kita tidak bisa menghindar dari semua yang akan terjadi.

Pertanyaan kita adalah “Apa yang sebaiknya dan seharusnya kita lakukan sebagai orang beriman?”

Menurut hemat saya, jawaban atas pertanyaan di atas adalah “Berpegang teguh pada janji Kristus sambil menata hidup kita sebaik-baiknya selaras dengan yang Tuhan ajarkan kepada kita dalam firman-Nya dan yang diajarkan Gereja.

Bagi kita, janji Kristus dalam Injil Matius 28:20 merupakan jaminan. Sebagai imam, nabi dan raja, kita berusaha sedapat mungkin pertama: mewartakan Injil, baik langsung maupun tidak langsung melalui sikap dan perilaku hidup kita sehari-hari   agar semakin banyak orang mengimani Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia [nabi]

Kedua: mengabdikan hidup kita bagi kemuliaan Tuhan dengan sikap hidup bela-rasa dengan sesama yang miskin, lemah tak berdaya dan tersingkir sebagai bentuk pengorbanan kita bersama Kristus yang menderita dan wafat [imam].

Ketiga,  dan sedapat mungkin berusaha bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan hidup bagi diri sendiri dan bagi masyarakat sambil menata hidup selaras prinsip-prinsip Tuhan [raja].

Yesus sudah bangkit dan kini hidup serta secara pribadi memperhatikan setiap anak-Nya. Ia menyertai kita masing-masing dan bersama di dalam Roh Kudus (Yoh 14: 16, 26) dan melalui Firman-Nya (Yoh 14:23) serta sakramen-sakramen Gereja, terutama Ekaristi.

Apapun dan bagaimanapun keadaan kita – lemah tak berdaya, miskin, tersingkir, rendah, tampaknya tidak penting bagi Tuhan – Ia senantiasa peduli dengan kita, memperhatikan setiap cobaan dan pergumulan hidup yang kita alami dalam kehidupan ini dan memberi kita kasih karunia yang memadai (2Kor 12:9) serta menyertai dan menuntun kita kembali ke rumah Bapa (Mat 18:20; Kis 18:10).

Bagi kita, janji Tuhan adalah jawaban terhadap semua bentuk ketakutan, keragu-raguan, kesulitan, sakit hati, dan keputusasaan. Selama kita lekat pada-Nya dan menaati perintah-perintah dalam menjalani kehidupan kita, Tuhan yang setia akan menjadi jaminan hidup kekal bagi kita.

Di sini kiranya pesan Nomor 12 dalam kalimat terakhir: ”…Tetapi Aku akan tetap dekat dengan mereka yang berhati murni,” sangat memberi motivasi dan semangat bagi kita. Semoga.

Benyamin Mali, Katekis dan dosen Unika Atma Jaya, Jakarta.

Related Post