
Oleh Emanuel Dapa Loka

Veronica! Ya, Veronica! Sebuah nama yang sama sekali tidak asing. Sangat mungkin Anda memiliki sahabat, atau tetangga, atau mungkin anggota keluarga bernama Veronica. Nama Veronica dalam bahasa Latin berarti “Gambar nyata” atau “Pembawa kemenangan”.
Semoga yang menyandang nama Veronica dan setiap Veronica di sekitar kita memang mampu membawa pesan amat mulia yang terkandung dalam nama Veronica itu. Kata sebuah ungkapan klasik, Nomen est omen – nama adalah tanda.
Pada halaman ini kita bicara tentang seorang wanita pemberani bernama Veronica yang ”tahu-tahu” muncul dalam ”Jalan Salib Yesus” atau Via Dolorosa dari rumah Pilatus ke Gunung Golgota. Dia muncul pada perhentian ke-6 dengan menembus barikade tentara atau serdadu Romawi yang ganas, haus darah dan tanpa kompromi.
Nama Veronica yang tersematkan pada orang-orang di sekitar kita hingga sekarang, ”Diyakini” datang dari nama Veronica di Perhentian ke-6 itu.
Pertanyaan yang menarik diajukan adalah ”Apa yang menyebabkan Veronica sangat berani muncul, mendekati Yesus lalu tanpa basa-basi mengusap wajah seorang hukuman bernama Yesus, sebuah aksi yang sangat mungkin mengancam nyawanya?”
Veronica bukan siapa-siapa. Dia hanyalah wanita lumrah, sederhana tak punya apa-apa. Dipercayai bahwa Veronica tersebut identik dengan wanita yang menderita sakit pendarahan selama 12 tahun yang disembuhkan Yesus di Kapernaum. (Baca: Matius 9, Markus 5 dan Lukas 8).
Para tentara Romawi tentu tidak mengenal siapa Veronica, dan pasti tidak tahu juga alasan keberanian Veronica membara saat itu. Apalagi mereka dalam atmosfer ”Tidak normal”, yakni sedang menjalankan tugas berat, tanpa perasaan menggiring ”seorang pengkhianat” untuk dihukum mati.
Cinta yang terlebih dahulu ditanamkan Yesus pada Veronica melalui mukjizat penyembuhanlah, yang menyulut cinta dan keberanian dalam diri Veronica untuk menerobos barikade tentara Romawi yang sedang haus darah.
Dan keajaiban cinta itu jugalah yang membuat para serdadu hanya bisa memandang Veronica menjalankan aksi heroiknya mengusap atau menyeka wajah suci Yesus. Dan, walau tidak diceritakan dalam Injil, para serdadu pasti terperangah sebab tahu-tahu, pada kain yang Veronica pakai untuk menyeka wajah Yesus, tergambar wajah Sang Penebus itu.
Jika meneladan Veronica, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menunjukkan cinta yang besar kepada Yesus. Atau dalam konteks tertentu, tidak ada alasan bagi kita untuk takut dan malu mengakui Yesus sebagai Tuhan, Juru Selamat, dan segala-galanya dalam hidup kita.
Sekali lagi, jika kita menaladan cinta Veronica, maka tidak ada alasan untuk bersembunyi jika harus menanggung sesuatu akibat menjadi pengikut Kristus.
Contoh kecil. Berapa sering kita takut dan malu membuat Tanda Salib hanya karena sesama di samping kita di sebuah forum atau warung makan berbeda keyakinan dengan kita?
Apa yang ditakuti? Apakah ini ungkapan malu mengakui Yesus sebagai Tuhan? Jika ini alasannya, Tuhan pun akan malu mengakui kita di hadapan Bapa-Nya.
Perbuatan heroik Veronica adalah sebentuk syukur dan terima kasihnya kepada Yesus yang telah melakukan sesuatu yang dia dambakan selama 12 tahun. Dia dibebaskan dari rasa sakit yang menyiksa baik secara fisik, jiwa maupun sosiologis.
Veronica tidak kuasa menahan dorongan cinta yang amat kuat dari dalam dirinya, yang sesungguhnya berasal dari benih cinta yang Tuhan Yesus terlebih dahulu tunjukkan melalui karya mukjizat penyembuhan.
Kita akan segera masuk Pekan Suci melalui gerbang Minggu Palma. Kita akan merayakan Paskah sebagai puncak Penebusan Tuhan Yesus atas dosa dan pelanggaran kita. Dia telah menanggung semuanya melalui sebuah siksaan tak terperikan sampai meregang nyawa di kayu Salib yang hina.
Kini, kita ditantang menjawab berbagai tantangan yang menjadi jalan atau cara menyatakan cinta dan kesetiaan kita kepada Yesus.
kegembiraan, harapan, duka dan kecemasan (Gaudium et Spes Art. 1) adalah batu uji terbaik untuk memastikan cinta dan kesetiaan kita kepada Yesus. Di sinilah menjadi jelas, apakah cinta kita kepada Yesus sesuci dan seberani cinta Veronica. Mari belajar dari iman Veronica.*
