Ignatius Dapa Ole adalah mahasiswa semester IV STIKOM di Weetebula, Sumba Barat Daya, NTT. Dia seorang anak petani kecil di Desa Wali Ate, Kecamatan Wewewa Barat.
Penghasilan orang tuanya tidak mencukupi untuk membiayai kuliahnya. Sementara itu, keinginannya untuk menuntaskan kuliahnya pada jurusan Teknik Informatika terbilang tinggi.
Karenanya, dia sendiri membuka sebidang kebun jagung. Dia berharap dari hasil kebunnya dia bisa meringankan beban orang tuanya, dan kuliahnya bisa berhasil.
Jagung yang dia tanam dan rawat dengan susah payah di sela-sela kegiatan kuliahnya sudah menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan.
Ino, demikian sapaan akrabnya sudah yakin bahwa pada semester depan dia tidak akan kesulitan lagi membayar uang registrasi.
Namun, tragis! Sepulang dari kampus pada Rabu siang (7 Juni), badannya langsung lemas sebab ratusan ribu belalang telah meluluhlantakkan kebun jagungnya. Tidak ada satu pohon jagung pun yang tersisah.
“Belalang sangat kejam. Jagung ini harapan saya satu-satunya untuk registrasi nanti. Dari mana lagi saya bisa dapat uang nanti…,” ungkap Ino dengan suara tercekat dan mata berkaca-kaca.
Ino duduk menunduk di antara batang-batang pohon jaung yang tidak berdaun lagi. Seseorang lalu membantu Ino berdiri sebab lututnya terasa lemas.
Sebagai orang muda, Ino pantang menyerah. Dia sudah bertekad untuk kembali menyiapkan lahan untuk dia tanami lagi pada musim tanam berikut. “Saya malah akan perluas lagi lahannya. Kalau belalang datang lagi, setidaknya saya sudah berusaha semaksimal mungkin,” ujar sulung dari tiga bersaudara ini.
“Yang saya bingung, dari mana lagi saya dapatkan biaya registrasi dan biaya lain. Kebun bapak saya juga habis. Tapi Tuhan pasti tolong,” pungkasnya yakin. (tD)