Oleh Dionisius Raymundus Popo, Mahasiswa Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik, Universitas Katolik Weetabula, Sumba, NTT
Tidak ada anak yang mau dicap bodoh atau nir prestasi. Demikian pula dengan orang tua. Mereka ingin anak mereka pintar dan berprestasi. Buktinya, orang tua rela melakukan apa saja. Mereka bekerja keras, “tidak ambil pusing” terpanggang di bawah matahari, terpapar hujan dan embun malam.
Namun, tidak ada prestasi yang datang dengan sendirinya, apalagi di tengah persaingan yang semakin tidak mudah. Prestasi menuntut kerja keras dan kerja cerdas, dan di dalam keduanya ada hal yang sangat penting, yakni motivasi. Motivasi yang benar dan kuat menggerakkan atau merangsang, memacu dan memicu peserta didik memaksimalkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.
Semakin tinggi prestasi yang diinginkan, semakin keras pula usaha yang harus dikeluarkan. Hal ini selaras dengan suatu bentuk motivasi yang dikembangkan Mc Clelland yakni motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi ini kebutuhan yang diperlukan anak sejak kecil. Sayangnya, tidak semua peserta didik memiliki motivasi ini.
Pertanyaannya, mengapa mereka tidak memiliki motivasi? Menyangkut motivasi berprestasi siswa, Mc Clelland (1985) mengemukakan beberapa faktor yang berpengaruh pada motivasi belajar, yaitu: “cita-cita atau aspirasi peserta didik, kemampuan peserta didik, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan peserta didik, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran ,upaya pengajar dalam pembelajaran peserta didik”.
Dari beberapa faktor yang dikemukakan oleh Mc Clelland, kondisi lingkungan siswa adalah factor yang paling relevan. Lingkungan, khususnya keluarga yang berperan besar dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Mengapa? Karena dalam keluargalah anak menempuh pendidikan pertama dan utama.
Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi jika dia berada dalam lingkungan yang positif. Begitu juga sebaliknya, jika siswa tinggal dalam lingkungan yang negatif, motivasi belajarnya akan rendah. Dengan kata lain, jika siswa tinggal dalam lingkungan yang peduli dengan pendidikan, siswa itu memiliki motivasi belajar yang tinggi. Sebaliknya, jika siswa tinggal dalam lingkungan yang tidak peduli dengan pendidikan, maka motivasi belajar siswa akan rendah.
Tumbuhkan Sikap Positif
Motivasi berprestasi akan menumbuhkan sikap positif bagi siswa. Bentuk sikap positif itu tampak dalam sikap anak menerima dengan senang hati segala bentuk respon atau nasihat dan saran tentang cara meningkatkan prestasinnya.
Orang terdekat yang paling bertanggung jawab membuat anak memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah orang tua. Orang tualah yang paling mengetahui karakter dan potensi yang ada dalam diri anak. Karena itu, orang tua harus menjadi motivator utama anak dalam melakukan hal-hal yang memicu peningkatan prestasi. Orang tua juga perlu mengingatkan anak apabila anak melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat untuk prestasi belajarnya.
Kesempatan berkomunikasi, melakukan banyak hal dalam keluarga bersama anak setiap hari, merupakan waktu yang paling tepat untuk memberikan motivasi dan menstimulasi anak. Orang tua juga kerap kali harus memberikan hadiah kepada anak apabila anak memperoleh prestasi sekecil apa pun. Dengan begitu, anak merasa dihargai dan diapresiasi.
Selain orang tua, guru mempunyai andil yang besar dalam meningkat motivasi berprestasi peserta didik. Mengapa demikian? Guru menjadi orang tua kedua anak ketika anak di sekolah. Guru juga mengetahui karakter dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didiknya.
Kualitas kinerja guru menjadi pertimbangan yang sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi siswa. Oleh karena itu, guru perlu meningkatkan kualitas kinerjanya agar motivasi belajar siswa juga ikut berdampak positif.
Guru atau konselor dapat mengupayakan beberapa hal lain dalam meningkatkan motivasi kerja, termasuk kegiatan belajar dengan cara. Pertama, menghindari kondisi yang kurang menunjang dan mengairahkan. Kedua, ciptakan kondisi yang sehat antar individu dalam kelompok kelasnya, berikan kesempatan kepada individu atau kelompok bersangkutan untuk berdiskusi. Ketiga, dalam hal tertentu, ganjaran dan hadiah (reward) atau insentif dapat juga diberikan dalam bentuk penghargaan dengan pujian, piagam, fasilitas belajar, dan kebutuhan lainnya.
Tidak ada pilihan lain. Orang tua dan guru harus menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, terus memotivasi anak serta memberikan hadiah dari segala bentuk prestasi yang dicapai anak. Mari cerdaskan generasi penerus bangsa. Anak berprestasi, orang tua dan guru bangga.