Oleh Tuan Kopong MSF, Dari Manila, Philipina
H ari-hari kemarin, kita diramaikan dengan berita soal kalisi gemuk untuk Pilpres 2024.
Setiap saat kita disuguhi berita-berita tentang para elite yang haus kekuasaan dengan transaski politik yang sangat telanjang untuk kepentingan partai politik mereka. Ya, koalisi dengan transaksi tiket menjadi cawapres.
Semua partai koalisi memikirkan partai politik dan kekuasaan mereka. Dan itu sangat jelas dari pernyataan mereka bahkan dengan “ancaman” jika Cawapresnya bukan dari partai atau usulan partai kami, maka bye-bye koalisi.
Yang mereka cari dari sebuah koalisi politik bukanlah kesejahteraan masyarakat banyak tetapi untuk kenyamanan dan kepuasan politik mereka.
Mereka tak peduli kerja keras, penderitaan, keringat, peluh dan tangisan masyarakat.
Namun, mereka lebih peduli untuk menduduki kursi empuk kekuasaan. Mereka tidak peduli pada masyarakat yang berjuang untuk menyekolahkan anak-anak mereka, pada mereka yang kehilangan tanah dan hutan, tetapi mereka lebih peduli pada jalan mulus menduduki nyamannya kursi kekuasaan.
Adalah Lily Wenda, sang Paskibraka Nasional 2023 dari Provinsi Papua Pegunungan yang membawa baki bendera Merah Putih menjadi sorotan dari kemarin hingga hari ini lantaran sebuah kejadian luar biasa yang menimpanya di mana setelah pengibaran bendera Merah Putih dan hendak kembali, sepatunya terlepas.
Lily Wenda memberikan sebuah pesan dan gugatan sederhana namun menukik tajam untuk para Capres dan elite politik yang hari-hari ini sibuk bersafari untuk menduduki nyamannya kursi empuk kekuasaan lima tahunan bahwa kebahagiaan dan kemenangan itu lahir bukan dari janji-janji politik dan gemuknya koalisi namun karena mampu mengalahkan keegoisan, rasa aman dan nyaman pribadi.
Dalam kacamata manusiawi pasti sakit sekali, ketika kaki sebelah tanpa sepatu dan hanya dibalut oleh kaos kaki serta dengan entakan yang tegap dan kuat di atas aspal yang tebal dan panas.
Namun senyuman manis dan wajah perjuangan tanpa kenal lelah dan sakit menjadi spirit bagi Lily untuk memenangkan pertandingan atas dirinya sendiri.
Ia mampu mencapai garis finish dan menyelesaikan serta memenangkan pertandingan tanpa keluh dan tanpa kehilangan konsentrasi.
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2Tim 4:7).
Lily Wenda menghadirkan kembali semangat dan inspirasi para pahlawan negeri ini yang tak peduli pada panas, hujan, lumpur, hutan dan musuh serta peluru yang akan menghabisi nyawa mereka.
Para pahlwan kita bisa mengusir dan mengalahkan penjajahan di muka bumi Republik Indonesia karena mampu mengalahkan keegoisan, cinta diri serta rasa nyaman dan aman pribadi.
Lily tanpa kata dan bahasa, namun dari semangat dan perjuangannya untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik mengajarkan kepada kita semua bahwa kemenangan itu bukan karena adanya koalisi gemuk namun keberanian untuk mengalahkan kehendak, rasa aman dan nyaman pribadi. Kemenangan adalah buah dari keberanian menyangkal keinginan dan kehendak pribadi.
Pesan sederhana dari Lily Wenda untuk kita semua: “Memilih para elite yang berkoalisi hanya untuk kepentingan partai dan kekuasaan, hanya akan membawa Indonesia dalam kehancuran.
Karena kemenangan Indonesia bukan tentang siapa yang akan memimpin tetapi tentang perjuangan tanpa kenal lelah dan putus asa karena memupuk semangat cinta dan bakti dan bukan kemunafikan dan rangkaian indah kata-kata serta yang bukan memupuk nafsu kekuasaan.”
Manila, 18 Agustus, 2023