Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, dari Pulau Sumba, Indonesia Selatan
S ebuah penelitian dilakukan oleh “Center for Creative Leadership” (Pusat Kepemimpinan Kreatif) di Greensboro, North Carolina, Amerika Serikat.
Penelitian dilakukan terhadap dua puluh satu eksekutif (pemimpin perusahaan) yang kemungkinan besar akan diberhentikan atau dipaksa pensiun dini dari perusahaan mereka.
Dari situ ditemukan bahwa satu-satunya kelemahan karakter universal yang selalu berujung pada kehancuran adalah tidak melakukan sesuatu yang dijanjikan. Sederhananya, tidak menepati janji.
Seorang Motivator bernama Cavett Robert, yang belajar dari seorang profesor Inggris di masa lalu, mengatakan bahwa “Karakter adalah kemampuan untuk melaksanakan sebuah resolusi atau janji walaupun anda tidak dalam suasana hati yang sama lagi seperti ketika anda membuat resolusi tersebut.”
Contohnya, anda berjanji kepada seseorang untuk memberi dia uang, karena saat itu anda sedang gembira dan punya banyak uang.
Orang yang punya karakter adalah orang yang akan tetap memberikan uang itu keesokan harinya walaupun dia sedang tidak gembira dan uangnya tinggal sedikit.
Kisah Injil hari tentang dua anak dalam keluarga menunjukkan mana yang punya karakter dan mana yang tidak.
Putra sulung mempunyai niat baik, tetapi dia tidak pernah berhasil sampai ke kebun anggur. Dia berjanji atau membuat resolusi tetapi tidak mewujudkannya.
Di sisi lain, putera kedua pada awalnya menolak tetapi kemudian memutuskan sebaliknya; dia yang pergi ke kebun anggur. Yesus memuji anak kedua karena pada akhirnya mengambil keputusan yang tepat.
Konteks kisah Yesus ini jelas: kaum sebangsanya di Israel saat itu. Mereka yang merasa diri taat beragama, suci hidupnya, belajar Kitab Taurat, tetapi tidak menghidupi apa yang diimani dan tidak mau bertobat.
Sebaliknya mereka yang hidup sebagai pendosa; pemungut cukai, pelacur, justru bertobat setelah mendengar Yesus dan mengubah kehidupan mereka.
Mereka memilih untuk taat seperti Yesus, sebagaimana kata-kata Paulus dalam surat Filipi: “Ia merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (2:8)
Dale Carnegie, seorang penulis dan pengajar terkenal dari Amerika berkata bahwa salah satu ciri paling tragis dari sifat manusia adalah kita semua suka atau cenderung menunda sesuatu dalam kehidupan.
Katanya lagi, kita semua memimpikan taman mawar ajaib di cakrawala – tetapi mawar yang mekar di samping jendela tidak kita pelihara.
Setiap saat di depan mata kita, Tuhan selalu menawarkan sesuatu untuk kebaikan kita. Mungkin hal itu terasa berat atau tidak mudah, tapi bisa jadi itulah jalan terbaik untuk menuju keselamatan.
Tawaran itu tidak selalu tentang bagaimana mendapatkan sesuatu, tetapi juga tentang bagaimana memberikan sesuatu.
Dan kesempatan untuk memberikan jauh lebih banyak daripada untuk mendapatkan sesuatu.
Salam hangat dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba, NTT