Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Dari Pulau Sumba, Indonesia Selatan
Apa dan bagaimana supaya orang selalu aman dan selamat? Sebuah ”penelitian ironis” menunjukkan hasil sebagai berikut:
20 persen kematian disebabkan oleh kecelakaan lalulintas. Jadi hindari mengendarai atau menumpang kendaraan.
17 persen kematian terjadi di dalam rumah. Jadi baiknya jangan tinggal dalam rumah karena cukup berbahaya.
14 persen kematian terjadi saat jalan kaki di jalan raya. Jadi sebaiknya jangan jalan di jalanan ramai.
16 persen kematian terjadi karena kecelakaan di udara, di laut/sungai atau di kereta api. Jadi hidari pula menumpang jenis kendaraan ini.
33 persen kematian terjadi di rumah sakit. Lebih baik jangan pernah ke rumah sakit.
Hanya 0,001 persen kematian terjadi saat ibadat di gereja. Maka tempat paling aman adalah gereja dan sementara beribadat atau misa.
Semua tempat atau sarana yang ada ternyata penuh risiko kematian. Apakah dengan demikian lalu orang tidak boleh melakukan apa-apa karena pasti berisiko?
Orang yang selalu takut risiko dan karenanya memilih jalan aman atau main aman bagaikan hamba yang diberi satu talenta. Satu talenta bernilai 6.000 dinar. Bila dikonversi ke mata uang sekarang ini maka satu talenta adalah upah harian seorang buruh selama 15 tahun kerja. Jumlah yang luar biasa, bukan?
Kendati jumlah sebanyak ini hamba ketiga tetap memilih hidup tanpa risiko: menyembunyikan satu talenta dalam tanah. Artinya dia juga tidak mau berusaha apa-apa walau sudah diberi modal yang relatif besar.
Tidak ada orang yang boleh mengatakan dia tidak punya modal apa-apa dalam hidup. Setiap bakat dan kemampuan adalah talenta yang diberikan oleh Tuhan. Warisan harta benda adalah nilai tambahnya. Semua ini bisa membuat hidup orang lebih baik jika dimanfaatkan sebaik mungkin.
Itulah yang terjadi dengan hamba pertama dan hamba kedua yang mendapatkan lima dan dua talenta. Mereka mengembangkan talenta yang dimiliki sehingga ketika tuannya kembali mereka dipuji: well done! Mereka dianggap melakukan pekerjaan mereka dengan baik dan sesuai harapan.
Well Done adalah sebuah cita-cita dan harapan di akhir hidup setiap orang. Setiap orang pasti ingin mengakhiri hidupnya dengan rasa puas karena tidak ada yang perlu disesali.
Sebaliknya akhir hidup akan terasa menyakitkan bukan karena gagal dalam mencapai cita-cita atau tujuan, melainkan karena tidak melakukan sesuatu. Kegagalan pasti akan selalu ada dalam setiap perjuangan. Tetapi tidak melakukan sesuatu adalah adalah kesia-siaan hidup.
Hidup diberi untuk dikembangkan, bukan untuk dipendam di dalam tanah. Hidup sebagai orang Kristen adalah hidup yang berani mengambil risiko demi Kristus dan dalam Kristus.
Salam dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba, Indonesia Selatan