Dalam agama Kristen, ada kemungkinan kita terlalu bersandar pada doa, atau terlalu banyak melakukan perbuatan baik. Bahkan ada yang mungkin tergoda untuk berpikir bahwa doa dan perbuatan baik bertentangan satu sama lain.
Sebagian besar sudut pandang ini bergantung pada pemahaman seseorang tentang doa. Jika doa adalah sesuatu yang hanya dapat Anda lakukan di dalam gedung gereja, maka masuk akal untuk menganggap doa sebagai “interupsi” dalam keinginan seseorang untuk memberi makan orang miskin.
Persatuan doa dan karya
Namun, Gereja Katolik percaya bahwa doa dan perbuatan baik harus disatukan, sebagaimana dijelaskan dalam Katekismus Gereja Katolik:
Doa dan kehidupan Kristiani tidak dapat dipisahkan, karena keduanya berkaitan dengan cinta yang sama dan penolakan yang sama, yang berasal dari cinta; ketaatan berbakti dan penuh kasih terhadap rencana kasih Bapa; kesatuan transformasi yang sama dalam Roh Kudus yang semakin menjadikan kita serupa dengan Kristus Yesus; kasih yang sama bagi semua manusia, kasih yang dimiliki Yesus dalam mengasihi kita. “Apa pun yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, dia [akan] memberikannya kepadamu. Ini aku perintahkan kepadamu, supaya kamu saling mengasihi.”
Penulis Kristen mula-mula, Origenes, memberikan ringkasan yang lebih ringkas mengenai gagasan ini: Dia “berdoa tanpa henti” yang menyatukan doa dengan perbuatan dan perbuatan baik dengan doa. Hanya dengan cara inilah kita dapat menganggap prinsip berdoa tanpa henti dapat diwujudkan.
Doa dan perbuatan baik tidak bertentangan satu sama lain dalam agama Kristen, namun dimaksudkan untuk bersatu.
Kita perlu berdoa selama melakukan kegiatan amal, dan selama berdoa, kita harus memohon kekuatan kepada Tuhan untuk beramal.
Doa bukanlah sesuatu yang hanya diperuntukkan bagi Misa pada hari Minggu, namun merupakan sesuatu yang dapat kita lakukan setiap saat, di mana pun kita berada atau apa pun yang kita lakukan.
Kita tidak harus selalu mengandalkan rumusan doa untuk bisa berdoa, namun cukup dengan mengangkat hati kepada Tuhan dan mengucap syukur kepada-Nya atas rahmat yang telah diberikan-Nya.
Itu sebabnya, bahkan saat menyajikan sup di dapur umum setempat, kita bisa berdoa kepada Tuhan, sambil mempersembahkan hati kita sebagai rasa syukur. (aleteia)