Mon. Nov 25th, 2024

Anfield Wibowo, Anak Autis dan Tunarungu Sambut Paus dengan Lukisan-lukisan Besar

Anfield Wibowo, Anak Autis dan Tunarungu Sambut Paus dengan Lukisan-lukisan Besar

Walau mengidap autis dan menjadi tunarungu sekaligus tunawicara sejak bayi, Benediktus Anfield Bagus Wibowo (19) bisa mengikuti berbagai informasi, tentu saja yang bersifat “sangat menarik” perhatiannya.

Berita seputar rencana kedatangan Paus Fransiskus pada 3-6 September nanti menjadi salah satu informasi yang sangat menarik baginya. Dia berkali-kali mengacungkan jempol, pertanda dia sangat bersukacita.

Bagi Anfield, kanvas adalah sahabat paling setia yang menampung semua pikiran, perasaan termasuk berbagai gejolak batinnya.

Dengan kata lain, kalau ingin membaca dan mengetahui pikiran dan perasaan terdalam Anfield, amati dan terjemahkanlah gambar-gambarnya dengan tools perasaan dan pikiran yang apresiatif.

Salah satu lukisan Anfield tentang Paus Fransiskus. (Doni)

Untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus, Anfield telah menyelesaikan  delapan buah lukisan berukuran besar tentang paus yang dijuluki Paus dari Dunia Baru atau Francesco Insieme itu.

Sambil melukis, Anfiels berkali-kali menyampaikan keinginannya untuk berjumpa Paus Fransiskus di Jakarta nanti.

”Kalau bisa bersalaman atau bertemu langsung, Anfield pasti sangat senang. Kami hanya mau menyenangkan batinnya. Namun jika tidak bisa, ya tidak apa-apa juga. Harus bisa menerima,” kata Doni ayah Anfield.

Anfield, remaja buah cinta Mardonius Tri Cahyo Aji dan Veronica Christiani Dewi diketahui mengidap tunarungu dan autis varian asperger sejak bayi.

Semula Kecewa

Salah satu karya lain Anfield berjudul “Malaikat Gabriel dan Maria”.

Walau awalnya kecewa dengan kondisi bawaan Anfield, kedua orang tua Anfield berjuang memberikan yang terbaik kepada buah hati mereka agar berkembang maksimal dalam “keterbatasannya”.

Dan benar! Anfield mengalami perkembangan luar biasa sebagai anak berbakat dalam melukis. Sudah lima kali dia melakukan pameran lukisan di tempat-tempat bergengsi. Sedangkan berpameran bersama pihak-pihak lain, sudah puluhan kali.

Lukisan Anfield juga dikoleksi oleh sejumlah tokoh di Indonesia seperti Jokowi dan pengusaha property Ciputra. ”Anfield melukis dengan hati, saya suka dengan komposisinya,” komentar Ciputra suatu ketika.

Pada tulisan berjudul Religiusitas Sosial Lukisan Anfield dalam katalog pameran berjudul Artfield-Gelar Budaya Anfield Wibowo di Balai Budaya Jakarta (22 September – 1 Oktober 2023), Agus Dermawan T, seorang kritikus, penulis buku-buku budaya dan seni mengatakan: melihat lukisan Anfield, kita seperti membaca kitab yang berisi sejumlah pesan. Di antaranya adalah agar kita selalu melihat dunia sekitar dengan panduan rasa-pikir yang bertolak dari religiusitas. Suatu hal yang menyebabkan lukisan-lukisannya memiliki makna, selain keindahan rupa.

Dan menyimak kreativitas serta keterampilan Anfield, lanjut Agus, kita boleh membayangkan lapangan sepak bola legendaris Anfield di Kota Liverpool, Inggris. Tempat sebutir bola selalu digocek secara kreatif, ditentang ke sana dan ke mari, ditangkap, digiring serta dioper-oper lagi, sebagaimana potensi seni dikelola Anfield, yang bisa bertindak sebagai striker, bek, midfielder, kiper, gelandang, bahkan wasit di dalam kanvasnya yang luas.  (EDL)

Related Post