Oleh Benyamin Mali, Katekis senior dan dosen Unika Atma Jaya, Jakarta
Seperti apakah gambaran kematian Yesus yang sebenarnya jika kita mau realistis? Kemungkinan besar, siksaan dan kematian-Nya tidak digambarkan (sama) seperti yang terjadi pada zaman Penyaliban Romawi. Artikel ini secara lebih realistis menggambarkan apa yang terjadi pada hari yang terkenal itu.
Kematian Fisik Yesus
Pada tahun 1986, The American Medical Association menerbitkan artikel berjudul Kematian Fisik Yesus Kristus. Artkel ini merinci seluruh proses persidangan Yesus hingga kematian-Nya di kayu salib.
Dalam Injil Lukas 22, sebelum Yesus ditangkap, tertulis bahwa Dia sangat tertekan hingga berkeringat darah. Meski jarang terjadi, penyakit ini dikenal sebagai Hematidrosis, yang disebabkan oleh stres tingkat tinggi.
Pada saat itu, penyaliban dianggap sebagai metode penyiksaan yang mengakibatkan kematian terburuk bagi seorang penjahat kakap.
Namun bukan itu saja yang dihadapi Yesus. Dia menahan cambukan yang sangat sadis hingga daging-Nya terkoyak. Dia dipukuli dengan sangat mengerikan hingga wajah dan janggut-Nya terkoyak.
Sebuah mahkota duri, sepanjang 2-3 inci, menusuk dalam ke kulit kepala-Nya. Pada cambuk kulit yang digunakan untuk mencambuk Yesus terdapat bola besi kecil dan tulang yang tajam.
Bola-bola tersebut menyebabkan luka dalam, sementara tulang-tulang tajam merobek daging-Nya. Otot rangka, pembuluh darah, dan usus kita terekspos, menyebabkan Yesus kehilangan banyak darah.
Kebanyakan orang tidak dapat bertahan dari penyiksaan seperti ini. Setelah Yesus dicambuk dengan kejam, Dia dipaksa memikul salib-Nya sendiri sementara orang-orang mengejek dan meludahi Dia.
Penyaliban adalah sebuah proses yang dimaksudkan untuk menimbulkan rasa sakit yang sungguh menyiksa, menciptakan kematian yang lambat dan menyiksa. Paku sepanjang 8 inci ditancapkan ke pergelangan tangan dan kaki Yesus.
Para prajurit Romawi tahu bahwa tendon di pergelangan tangan mereka akan robek dan patah, sehingga memaksa Yesus menggunakan otot punggung-Nya untuk menopang diri-Nya agar bisa bernapas.
Bayangkan perjuangan Yesus: kesakitan-Nya, keberanian-Nya….! Yesus menanggung kenyataan penderitaan ini selama 3 jam!
Injil Yohanes menulis bahwa setelah kematian Yesus, seorang tentara Romawi menusuk lambung-Nya dengan tombak dan keluarlah darah dan air.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa akibat shock hipovolemik, detak jantung yang cepat menyebabkan cairan berkumpul di kantung sekitar paru-paru dan jantung. Pengumpulan cairan pada selaput sekitar jantung disebut Efusi perikardial dan paru-paru, Efusi pleura.
Bagi dunia, Kekristenan adalah hal yang sangat bodoh. Dunia percaya bahwa kekristenan ini hanya untuk kaum yang lemah.
Namun ketika Anda dihadapkan pada kenyataan tentang salib, itu jelas bukan pemandangan yang indah. Ini brutal dan mengerikan.
Inilah beban yang dipikul Yesus. Yesus menanggung beratnya dosa dunia, agar kita bisa hidup. Murka Allah dipuaskan sepenuhnya di dalam Yesus.
Oleh sebab itu hal penting yang diperlukan adalah bertobat dan percaya!
Yesus adalah “Allah yang ada di antara kita”, Allah dalam wujud manusia. Yesus adalah Juruselamat kita.
Yesus sangat mencintai kita. Dia menjalani hukuman rohani dan fisik ini untuk menebus dosa-dosa kita: dosa-dosamu dan dosa-dosaku. Sadarilah itu! Yesus adalah Tuhan, Allah Yang Mahakuasa, Bapa yang Kekal.*