Wed. Jan 1st, 2025
Bunda Maria yang suci, doakanlah kami.

Oleh Benyamin Mali, Katekis Senior, Dosen Atma Jaya Jakarta

Sepanjang sejarah Gereja, para orang kudus menaruh perhatian besar kepada doa Rosario. Tampak dalam praktik hidup mereka suatu hubungan yang kuat dan langgeng antara mereka dan Rosario. Meskipun banyak orang Katolik dan juga Kristen Protestan dewasa ini khawatir bahwa terlalu banyak devosi kepada Perawan Maria yang Terberkati dapat mengalihkan perhatian kita dari Kristus, namun tidak demikian dengan orang-orang kudus.

Mereka justru menunjukkan melalui teladan hidup mereka bahwa hal yang sebaliknyalah yang benar. Menurut Paus St. Yohanes Paulus II, sejarah mengajarkan bahwa devosi atau pengabdian kita sebagai anak kepada Maria, Bunda Allah meningkatkan keintiman kita dengan Yesus dan menuntun kita ke tingkat kesempurnaan yang tertinggi:

“Kata-kata ‘Lihatlah, ibumu!’ dalam Yohanes  19:27, mengungkapkan maksud Yesus untuk menanamkan dalam diri para pengikutnya sikap cinta dan kepercayaan kepada Maria, yang menuntun mereka untuk mengakui dia sebagai ibu mereka, ibu dari setiap orang percaya.”

Rosario itu “Injil pada seutas tali.” Ungkapan ini tepat sekali untuk devosi yang penuh buah ini, di mana kita merenungkan misi dan pelayanan Yesus Kristus, Sang Manusia-Allah yang datang untuk menebus dosa umat manusia dan menawarkan kepada kita karunia keselamatan kekal.

Rosario juga dapat digambarkan sebagai “katekismus kontemplatif,” karena kita memperdalam hubungan kita dengan Yesus dan Gereja-Nya melalui renungan atas peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Yesus: perkandungan-Nya, kelahiran-Nya, masa kanak-kanak-Nya; karya pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah, perjamuan terakhir dan penetapan Ekaristi; sengsara dan wafat-Nya; dan kemenangan-Nya atas dosa dan maut dengan bangkit dari antara orang mati.

Setelah kebangkitan-Nya, kita merenungkan tentang pengutusan Roh Kudus dan penyambutan-Nya terhadap ibu-Nya yang diangkat ke surga sebagai murid-Nya yang terbesar dan Ratu Surga dan Dunia.

Singkatnya, Rosario menegaskan kembali bahwa Agama/Gereja Katolik, jika dipahami dengan benar, dimulai dan diakhiri dengan Yesus. Dalam konteks yang sama, devosi kita kepada Maria mengalir dari hakikat dirinya sebagai Bunda Allah (Theotokos = Pembawa Allah).

Dan Kekristenan tidak hanya berakar pada sesuatu yang Yesus lakukan 2.000 tahun yang lalu, sebuah peristiwa yang “sudah selesai” (Yohanes 19:30), yang darinya kita masih dapat memperoleh kasih karunia yang menyelamatkan.

Sebaliknya, iman Kristen berakar pada kurban penebusan yang berlanjut dalam kebangkitan-Nya dan berpuncak pada kemuliaan kekal pada kenaikan Kristus, karena “Ia senantiasa hidup untuk menjadi perantara” bagi kita di “surga itu sendiri, sekarang” (Ibr. 7:25, 9:24).

Rosario mengingatkan kita bahwa Yesus adalah Imam Agung kita di surga, yang mempersembahkan satu-satunya kurban, yaitu Diri-Nya sendiri (Ibr. 8:1-3), yang hadir di Bumi setiap kali kita mengenang Kristus dalam perayaan Ekaristi—“Lakukanlah ini untuk mengingat Aku” (Luk. 22:19)—dan mengambil bagian dari Tubuh dan Darah-Nya sebagai Anak Domba Paskah Allah Perjanjian Baru yang menghapus dosa dunia (Mat. 26:28, 1 Kor. 5:7).

Sesungguhnya, seperti yang dijanjikan-Nya, Yesus menyertai kita sampai akhir zaman (Mat. 28:20), khususnya dalam Ekaristi dan sakramen-sakramen lainnya. Berdoa rosario membantu kita lebih menghargai dan mengakses karunia-karunia agung yang terus Tuhan berikan kepada kita melalui Gereja-Nya.

Kata Orang-orang Kudus tentang Rosario Suci

“Rosario adalah doa favorit saya” – “Betapa indahnya keluarga yang mendaraskan Rosario setiap malam!” – “Rosario adalah doa yang begitu rendah hati dan sederhana, serta kaya akan kandungan Alkitabiah secara teologis. Saya mohon Anda untuk mendoakannya”.— Paus St. Yohanes Paulus II 

“Doa Rosario adalah doa terindah dan terkaya rahmatnya di antara semua doa; doa ini paling menyentuh Hati Bunda Allah…dan jika Anda ingin kedamaian merajalela di rumah Anda, ucapkanlah Rosario keluarga.”—Paus Pius X 

“Rosario suci adalah senjata yang ampuh. Gunakan dengan percaya diri dan Anda akan kagum dengan hasilnya.”–St. Josemaria Escriva 

“Pergilah kepada Bunda Maria. Cintailah dia! Tekunlah selalu berdoa Rosario. Doakanlah dengan baik. Doakanlah sesering mungkin! Jadilah jiwa pendoa. Jangan pernah lelah berdoa, karena itulah yang penting. Doa menggetarkan Hati Tuhan, doa mendatangkan rahmat yang diperlukan!”—Santo Padre Pio 

“Beberapa orang begitu bodoh hingga mereka berpikir mereka dapat menjalani hidup tanpa bantuan Bunda Maria. Cintailah Bunda Maria dan berdoalah Rosario, karena Rosario Bunda Maria adalah senjata melawan kejahatan dunia saat ini. Semua rahmat yang diberikan Tuhan mengalir melalui Bunda Maria.”—Santo Padre Pio

Santo-Dominikus

Santo Dominikus (1170-1221), Pendiri Ordo Dominikan (Ordo Pengkhotbah – Ordo Predicatorum).

Imam Spanyol ini secara tradisional dikaitkan dengan Rosario karena ia dengan penuh semangat mempromosikan devosi yang luas kepada Rosario. Ia menggunakan Rosario untuk menarik banyak orang yang bertobat dari ajaran sesat “albigensia”. Asal usul Rosario yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti oleh para ahli, namun tradisi mengatakan bahwa Perawan Maria yang Terberkati diyakini telah menampakkan diri kepada St. Dominikus dalam sebuah penglihatan dan memohon kepadanya untuk berdoa Rosario dan mengajarkannya kepada orang lain.

St Louis-Marie Grignion de Montfort (1673-1716)

Imam Prancis yang taat ini juga seorang anggota Ordo Dominikan, Tingkat ketiga. Tulisannya telah memberikan kontribusi besar bagi pemahaman Katolik tentang Bunda Maria dan Rosario, dan tulisannya memiliki pengaruh yang mendalam pada Santo Yohanes Paulus II. Di antara umat Katolik, nama Santo Louis de Montfort secara praktis identik dengan Rosario dan devosi kepada Perawan Maria yang Terberkati. Upaya untuk menambahkan nama Santo Louis de Montfort ke dalam daftar Pujangga Gereja kini sedang diupayakan.

Paus Leo XIII (1810-1903)

Paus Leo XIII terkadang disebut “Paus Rosario” karena ia mengeluarkan begitu banyak ensiklik (totalnya 11 ensiklik) tentang Rosario dan Hari Raya Ratu Rosario Suci yang dirayakan oleh Gereja setiap tanggal 7 Oktober. Hari raya ini ditetapkan oleh Paus Pius V untuk menghormati kemenangan pertempuran Lepanto pada tanggal 7 Oktober 1571, yang menyelamatkan Eropa dari invasi Turki setelah kampanye untuk berdoa Rosario di seluruh Eropa.

Beato Bartolo Longo (1841-1926)

Beato Bartolo Longo tumbuh dengan berdoa Rosario, tetapi ia kemudian kehilangan imannya dan menjadi seorang pemuja setan. Melalui doa-doa dari keluarga dan teman-temannya, ia kembali ke Gereja dan menjadi anggota Ordo Dominikan ketiga, dengan nama Fratel Rosario (Saudara Rosario). Ia mendirikan tempat ziarah Bunda Maria Rosario di Pompeii, Italia, yang masih menjadi tempat ziarah yang populer hingga saat ini.

St. Pio dari Pietrelcina (1887-1968)

Salah satu orang kudus yang paling dicintai di zaman ini, “Padre Pio” menjadi novis Kapusin saat berusia 16 tahun. Ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1910, dan pada tahun 1918 ia menjadi imam pertama dalam sejarah yang menerima karunia stigmata (luka Kristus yang terlihat). Ia sering dikutip mengatakan: “Cintailah Bunda Maria dan berdoalah Rosario, karena Rosarionya adalah senjata melawan kejahatan dunia saat ini.”

Bunda Teresa

Santa Teresa dari Kalkuta (1910-1997)

Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 1979, Santa Bunda Teresa adalah salah satu orang Kristen paling terkenal dan dicintai di zaman modern. Ia berdoa Rosario terus-menerus. Pada hari beatifikasinya, Santo Yohanes Paulus II menyebutnya sebagai “ikon Orang Samaria yang Baik Hati” karena kerja kerasnya yang tak kenal lelah di antara orang-orang termiskin.

Dalam homilinya hari itu, Beato Yohanes Paulus II melanjutkan: “Bukankah penting bahwa beatifikasinya berlangsung pada hari ketika Gereja merayakan Hari Misi Sedunia? Dengan kesaksian hidupnya, Bunda Teresa mengingatkan semua orang bahwa misi penginjilan Gereja melalui kasih amal, dipelihara oleh doa dan mendengarkan sabda Tuhan.

Yang melambangkan gaya misionaris ini adalah gambar yang menunjukkan Beata baru itu menggenggam tangan seorang anak dengan satu tangan sambil menggerakkan manik-manik Rosario dengan tangan lainnya.”

Dalam bukunya, Come, Be My Light, Bunda Teresa yang Terberkati menjelaskan instruksinya kepada para suster dalam ordo religiusnya: “Jangan pernah pergi ke daerah kumuh tanpa terlebih dahulu melafalkan pujian kepada Sang Ibu; itulah sebabnya kita harus berdoa Rosario di jalan-jalan dan di lubang-lubang gelap di daerah kumuh. Berpegang teguh pada Rosario seperti tanaman merambat berpegang teguh pada pohon—karena tanpa Bunda Maria kita tidak dapat bertahan.”

Santo Yohanes Paulus II

Paus St. Yohanes Paulus II (1920-2005)

Paus yang populer ini mengambil semboyan kepausannya “Totus Tuus,” dua kata yang dipinjamnya dari St. Louis de Montfort untuk menggambarkan pengabdian totalnya kepada Perawan Maria yang Terberkati. Diterjemahkan secara bebas dari bahasa Latin sebagai “sepenuhnya milikmu,” semboyan tersebut mencerminkan keyakinan Paus St. Yohanes Paulus II bahwa semakin dekat seseorang dengan Bunda Maria, semakin dekat seseorang dengan Putranya, Yesus Kristus.

Paus non-Italia pertamhya sejak 1523, memiliki masa kepausan terlama kedua dalam sejarah Gereja Katolik (setelah Paus Pius IX). Ia dianggap sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh di abad ke-20.

Ia berperan penting dalam mengakhiri komunisme di Polandia (tanah airnya) dan seluruh Eropa. Sebagai paus yang paling sering bepergian dalam sejarah, ia juga melembagakan Hari Pemuda Sedunia.

Semboyannya yang dipinjam dari St. Louis de Montfort berasal dari dua kata pertama doa Latin ini kepada Perawan Maria yang Terberkati:  Totus tuus ego sum, et omnia mea tua sunt. Accipio te in mea omnia. Praebe mihi cor tumm, Maria. Artinya, “Aku sepenuhnya milikmu, dan semua yang kumiliki adalah milikmu. Aku menerimamu sebagai milikku sepenuhnya. O Maria, berikanlah aku hatimu.” (Dari berbagai sumber)

 

Related Post